Dr. Rachmat menambahkan, pangan fortifikasi kini mudah dijumpai di pasar atau toko, sehingga seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai solusi untuk pemenuhan nutrisi anak.
Ia juga menekankan pentingnya pemanfaatan Buku KIA sebagai sarana edukasi.
Baca Juga:
PLN Terima Penghargaan ADB atas Implementasi Safeguards Proyek Ketenagalistrikan di Indonesia
“Edukasi tentang makanan-makanan kaya gizi ini sudah ada dalam buku KIA. Jadi, buku KIA yang dibawa saat ke Posyandu itu bukan hanya untuk mengisi tinggi badan dan berat badan anak, tetapi juga ada banyak informasi tentang makanan kaya gizi untuk ibu hamil dan balita,” kata dia.
Di sisi lain, Wakil Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dra. Chairunnisa, M.Kes mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya risiko ADB yang mengancam anak-anak Indonesia.
Ia menilai masalah ini harus menjadi perhatian semua pihak.
Baca Juga:
Selandia Baru Berkomitmen 25 Juta Dolar AS untuk Transisi Energi Hijau
“Satu dari tiga balita Indonesia itu berisiko untuk mengalami ADB. Fakta ini tentu tidak bisa kita abaikan begitu saja,” ucapnya.
Sebagai organisasi perempuan yang memiliki jaringan luas dan kepedulian terhadap isu kesehatan masyarakat, Aisyiyah berkomitmen untuk terlibat aktif dalam penanggulangan ADB.
“Aisyah sebagai organisasi perempuan sebagai penggerak di masyarakat, maka kita penting sekali untuk bagaimana kita mempunyai kepedulian untuk mengatasi permasalahan ini. Jangan sampai fenomena ADB ini berlangsung secara berkelanjutan,” pungkas Chairunnisa.