WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah riuhnya dunia, di mana setiap sudut dipenuhi wajah-wajah yang lalu lalang, kesepian tetap menjadi hantu yang tak kasat mata. Ia menyelinap dalam keramaian, mengisolasi jiwa-jiwa yang haus akan koneksi.
Ironisnya, kesepian sering kali diabaikan, padahal ia adalah bom waktu yang siap meledak, membawa dampak buruk bagi kesehatan mental dan fisik.
Baca Juga:
Daftar Negara Paling Kesepian di Dunia, Adakah Indonesia?
Prof. Dr. Achmad Syehan, Guru Besar Fakultas Psikologi UIN Jakarta, menjelaskan bahwa kesepian adalah pengalaman umum yang dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia atau latar belakang sosial.
“Kesepian bisa memicu stres yang berdampak pada kesehatan fisik, seperti peningkatan tekanan darah,” ujarnya dalam webinar “Pemetaan Kesepian di Indonesia” yang diadakan oleh Rumah Cahaya, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, kesepian dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi sosial, emosional, dan psikologis.
Baca Juga:
Pendaftaran Bacaleg Masih Sepi, Polisi Tetap Lakukan Pengamanan Kantor KPU Sibolga
Salah satu pemicunya adalah kesenjangan antara hubungan sosial yang diharapkan dengan realitas yang dialami seseorang.
“Ada kesenjangan yang dirasakan antara hubungan sosial yang diinginkan dan yang sebenarnya terjadi. Jika tidak terpenuhi, seseorang bisa merasa semakin kesepian,” jelasnya.
Dampak bagi Kesehatan
Psikolog klinis dari Universitas Indonesia, Dr. Rina Wulandari, menambahkan bahwa kesepian yang berkepanjangan dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, bahkan penyakit kronis seperti penyakit jantung.
“Ketika seseorang merasa kesepian dalam jangka waktu lama, hormon stres seperti kortisol meningkat, yang dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko penyakit kronis,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Agus Permana, pakar kesehatan mental dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, menyoroti bahwa remaja adalah kelompok yang paling rentan mengalami kesepian. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan mereka akan pengakuan sosial yang tinggi.
“Remaja membutuhkan validasi dari lingkungan sosialnya. Jika mereka merasa diabaikan atau tidak dihargai, kesepian yang mereka rasakan bisa berdampak pada harga diri dan perkembangan psikologis mereka,” ungkapnya.
Mengatasi Kesepian
Para pakar menyarankan beberapa langkah untuk mengatasi kesepian, seperti meningkatkan kualitas interaksi sosial, membangun hubungan yang lebih bermakna, serta melibatkan diri dalam aktivitas yang dapat meningkatkan rasa memiliki dalam komunitas.
“Berpartisipasi dalam kegiatan sosial, menemukan hobi baru, dan berbicara dengan orang yang dipercaya bisa membantu mengurangi perasaan kesepian,” kata Dr. Rina Wulandari.
Kesepian bukan sekadar perasaan sementara, tetapi bisa berdampak panjang pada kesejahteraan seseorang.
Oleh karena itu, memahami dan mengelola kesepian dengan cara yang sehat sangat penting untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]