WahanaNews.co | Anggota
Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay mengungkapkan, berkaca pada pengalaman
India, Indonesia mestinya bisa memfasilitasi alat tes Covid-19 dengan kisaran
harga Rp 80.000 hingga Rp 90.000.
Baca Juga:
Korupsi APD Covid Negara Rugi Rp24 Miliar, Eks Kadinkes Sumut Divonis 10 Tahun Bui
Untuk itu, Saleh mendorong pemerintah secara serius
melakukan berbagai upaya untuk mempermudah akses serta harga alat tes covid-19.
Saleh yang merupakan Ketua Fraksi PAN di DPR itu
menjelaskan, soal tes covid, baik swab antigen dan PCR, menjadi faktor penting.
Dari sisi kesehatan, alat tes ini krusial dalam menyukseskan upaya Pemerintah
menghentikan penyebaran pandemi lewat program testing-tracing-treatment.
Apalagi, saat ini tes antigen dan PCR menjadi syarat
perjalanan, masuk ke mal, dan nantinya untuk syarat kegiatan lainnya. Hal ini
sejalan dengan upaya pemerintah yang ingin menyeimbangkan strategi kesehatan
menekan angka penderita Covid-19, dan di saat sama menjaga momentum kegiatan
sosial ekonomi kemasyarakatan tetap bergerak.
Baca Juga:
Kasus Korupsi APD Covid-19: Mantan Kadinkes Sumut Dituntut 20 Tahun Penjara
"Maka sudah saatnya pemerintah meninjau ulang harga dan
tarif alat tes ini sehingga lebih terjangkau warga," kata Saleh Daulay,
Jumat (13/8/2021).
Dengan kebebasan informasi saat ini, Saleh mengatakan
masyarakat Indonesia dengan mudah mendapat informasi, termasuk soal harga alat
tes Covid.
Kebebasan informasi ini yang membuat rakyat Indonesia bisa
mengetahui harga alat tes Covid-19 di India. Disebutkan bahwa alat tes antigen
di India hanya sekitar Rp 58.000, dan alat tes PCR sekitar Rp 150.000.
Sementara di Indonesia, untuk tes PCR, Kementerian Kesehatan
mematok harga Rp 500 ribu - 900 ribu. Di lapangan, jika menelusuri melalui
mesin pencari di internet, harganya pada kisaran Rp 550.000-an hingga Rp 2
juta.
"Yang hendak saya sampaikan, kita tak bisa lagi
menutupi informasi begini. Sekarang informasi serba terbuka dan bebas diakses.
Ibarat kata kalau kita memang cantik, mau ditutupin bagaimanapun, pasti
ketahuan dan akan disebut cantik. Begitupun soal harga. Kalau harga terlalu
mahal, pasti akan terbongkar juga dan akan ketahuan," kata Saleh.
"Makanya sebaiknya soal kebijakan harga alat tes ini,
sebaiknya ditinjau ulang. Toh jika ditinjau ulang dan harga menjadi lebih
murah, akses lebih mudah, penanganan pandemi akan lebih baik. Karena tracing
dan testing akan lebih banyak. Soal harga, idealnya di Rp 80.000- 90.000,"
tambah Saleh, putra asli asal Sumatera Utara tersebut.
Selain harga yang murah, Saleh mendorong agar hasil tes juga
bisa dikeluarkan dengan cepat. Dengan demikian pasien bisa segera ditangani
begitu hasil keluar. Tenaga kesehatan (nakes) juga bisa segera menentukan
treatment atau perawatan pasien jika hasil tes diketahui dengan cepat.
"Kami mendorong harga alat tes ini terjangkau dan hasil
tesnya bisa segera diketahui dengan segera," kata Saleh. [dhn]