"Hal ini juga berlaku untuik alergi makanan, dengan terapi oral atau personalisasi vaksin berdasarkan profil imunologi pasien."
Big Data pada Alergologi "memungkinkan pengumpulan dan analisis data klinis, genetika, dan lingkungan dalam jumlah besar, yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan pola alergi," kata Mohamed Shamji, Wakil Presiden Kongres EAACI.
Baca Juga:
Penyakit Alergi Menimbulkan Kerugian Langsung Kepada Pasien Tiap Tahunnya
AI meningkatkan kualitas diagnosis alergi melalui analisis data klinis tingkat lanjut dan berperan penting dalam mengembangkan pengobatan baru dengan mengidentifikasi target terapeutik dan mengoptimalkan molekul.
"Kami mengalami kemajuan pesat yang menjanjikan, meskipun dihadapkan dengan tantangan," ucap Shamji saat menutup pembicaraan.
[Redaktur: Amanda Zubehor]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.