WahanaNews.co | TBC atau tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri. Umumnya menyerang otak, kelenjar getah bening, sistem saraf pusat, jantung dan tulang belakang. Namun, infeksi TBC paling sering menyerang paru-paru.
TBC terbagi menjadi 2 jenis, yakni infeksi TBC laten (LTBI) dan penyakit TBC aktif. LTBI berarti seseorang yang sudah terinfeksi, tapi tidak bergejala dan tidak menularkan. Penularan terjadi lewat pengidap TBC aktif.
Baca Juga:
Kasus TBC Meningkat, Pemkab Dairi Gelar Rencana Aksi Eliminasi
Adapun gejala umum yang dialami oleh pengidap, yakni batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu dan batuk berdarah serta berdahak. Tanda lainnya yaitu sakit pada dada, mudah lelah, demam dan kehilangan nafsu makan.
Jika pengidap tidak segera menangani gejala yang muncul, penyakit bisa menyebar ke bagian tubuh lain. Dampaknya bisa berupa penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan jaringan nanah, hingga gagal ginjal.
Mencium Mungkin Saja Menularkan TBC
Baca Juga:
Potensi Indonesia sebagai Pemimpin Produksi Hidrogen dan Amonia di Asia
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Gangguan ini tak hanya menyerang paru-tapi, tapi juga tulang belakang, kelenjar getah bening, kulit, ginjal dan selaput otak.
Penularan TBC terjadi melalui udara, yakni saat pengidap TBC aktif memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin. Di tahap ini, bakteri TB akan ikut keluar melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara.
Kemudian, bakteri akan masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang dihirupnya. Proses penularannya tak hanya itu, penyakit juga berpotensi dialami oleh anak yang dicium oleh sembarang orang.
Kasusnya baru-baru ini terjadi di Bantul, Jawa Tengah. Kepala Dinkes Bantul Agus Budi Raharja mengatakan, “Jadi anak memang ada risiko penularan, contoh anak umur 2 tahun kan sering digendong atau diciumin orang-orang. Hal itu risiko kontak makin tinggi,” kata Agus dikutip dari Detik.
“Apalagi kerawanan akibat kurang gizi karena kondisinya, angka stunting juga masih ada terus. Jadi, ada potensi-potensi di dalam anak itu sendiri, sehingga daya tahan tubuh anak kurang,” dia menambahkan.
Sederhananya, hanya sedikit potensi penyebaran infeksi TB ketika dicium. Tapi, risikonya semakin tinggi jika anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, stunting atau kekurangan asupan gizi.
Adapun beberapa faktor yang meningkatkan potensi penyakit, yakni:
- Mengidap HIV.
- Mengidap kanker.
- Tengah menjalani pengobatan kanker.
- Mengonsumsi obat guna mengatasi rheumatoid arthritis atau penyakit Crohn.
- Bekerja di fasilitas kesehatan.
- Merokok dan menggunakan narkoba.
Langkah Mencegah Penyebaran Infeksi Tuberkulosis
1. Langkah Perawatan
Adapun langkah yang dapat dilakukan, yakni:
- Jangan bepergian. Usahahan di rumah saja selama beberapa minggu ketika tengah menjalani pengobatan.
- Perhatikan ventilasi ruangan. Bakteri tuberkulosis lebih mudah menyebar di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk.
- Menutup mulut. Gunakan tisu atau lengan bagian dalam untuk menutup mulut saat tertawa, bersin atau batuk.
- Kenakan masker. Gunakan masker selama bepergian dan berinteraksi dengan orang lain.
2. Habiskan Obat
Jangan menghentikan pengobatan atau melewatkan dosis yang ditetapkan. Sebab, ini dapat memicu mutasi bakteri TBC dan resisten terhadap obat-obatan yang diberikan. Dengan kata lain, bakteri menjadi lebih mematikan dan lebih sulit diobati.
3. Vaksinasi
Vaksin TBC menjadi salah satu upaya pencegahan yang efektif. Ini sudah bisa diberikan pada anak-anak yang berusia di bawah 1 bulan hingga orang dewasa.
4. Tingkatkan Kekebalan Tubuh
Dengan kekebalan yang baik, imun tubuh dapat dengan sendirinya mengusir patogen atau bakteri yang menjadi penyebab penyakit. Ini bisa didukung oleh pemberian suplemen kesehatan. [rna]