WAHANANEWS.CO, Jakarta - Setiap tanggal 8 Oktober, dunia memperingati Hari Disleksia Sedunia atau World Dyslexia Awareness Day.
Peringatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap disleksia, yaitu gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, dan mengeja.
Baca Juga:
Kemenkes Tegur Keras RS yang Gunakan Alat Kesehatan Tak Layak, Ombudsman Aceh Turun Tangan
Kondisi ini tidak berkaitan dengan tingkat kecerdasan, sehingga penyandang disleksia tetap dapat berprestasi dan berpotensi besar di berbagai bidang.
Disleksia pertama kali diidentifikasi oleh Oswald Berkhan, seorang dokter asal Jerman pada tahun 1881.
Beberapa tahun kemudian, istilah “disleksia” diperkenalkan oleh Rudolf Berlin, seorang dokter mata yang juga berasal dari Jerman.
Baca Juga:
Berikut 6 Tips Menyuburkan Pertumbuhan Rambut
Penemuan ini menjadi tonggak awal dalam memahami gangguan belajar yang hingga kini masih sering disalahpahami oleh masyarakat luas.
Peringatan Hari Disleksia Sedunia bertujuan untuk menghapus stigma negatif, meningkatkan pemahaman publik, serta mendorong dukungan inklusif di bidang pendidikan dan sosial bagi para penyandang disleksia.
Melalui peringatan ini, masyarakat diingatkan bahwa setiap individu memiliki cara belajar yang berbeda dan membutuhkan pendekatan yang sesuai agar dapat berkembang secara optimal.
Seiring berjalannya waktu, Hari Disleksia Sedunia mulai mendapat perhatian internasional sejak awal abad ke-21.
Setiap tahun, momentum ini diisi dengan berbagai kegiatan edukatif seperti seminar, kampanye kesadaran, serta program pendampingan bagi anak-anak dengan disleksia.
Banyak sekolah dan komunitas turut serta dalam kegiatan ini guna membangun lingkungan belajar yang lebih inklusif dan ramah bagi semua.
Menariknya, terdapat sejumlah fakta unik seputar peringatan Hari Disleksia Sedunia yang mungkin belum banyak diketahui masyarakat:
1. Simbol Warna Biru dan Perak
Warna biru dan perak menjadi simbol Hari Disleksia Sedunia, melambangkan harapan, ketenangan, serta pemahaman terhadap penyandang disleksia.
2. Gedung Ikonik Disorot Cahaya Biru
Dalam rangka kampanye kesadaran global, sejumlah gedung terkenal dunia seperti Menara Eiffel di Paris dan Empire State Building di New York pernah disorot dengan cahaya biru pada malam peringatan Hari Disleksia.
3. Banyak Tokoh Terkenal yang Disleksia
Tokoh-tokoh dunia seperti Albert Einstein, Leonardo da Vinci, Agatha Christie, hingga Tom Cruise diketahui memiliki disleksia.
Hal ini membuktikan bahwa disleksia bukanlah hambatan untuk mencapai kesuksesan.
4. Bukan Tanda Rendahnya Kecerdasan
Salah satu pesan utama peringatan ini adalah untuk menghapus anggapan keliru bahwa disleksia berarti seseorang “tidak pintar”.
Faktanya, banyak penyandang disleksia justru memiliki kecerdasan tinggi dan cara berpikir yang unik serta kreatif.
5. Momentum Edukasi dan Empati
Setiap tahun, sekolah, organisasi, dan komunitas pendidikan menjadikan momen ini sebagai ajang untuk mengadakan seminar, pelatihan guru, hingga kampanye di media sosial.
Tujuannya adalah memperluas pemahaman masyarakat sekaligus membangun empati terhadap penyandang disleksia.
Peringatan Hari Disleksia Sedunia mengingatkan kita bahwa setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda, dan tugas masyarakat serta dunia pendidikan adalah menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, memahami, dan suportif.
Dengan dukungan yang tepat, penyandang disleksia dapat berkembang, berprestasi, dan berkontribusi secara penuh dalam kehidupan sosial maupun profesional.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]