"Sebagai bidan di desa terpencil, sehari-hari saya melayani kesehatan ibu dan anak, karena tidak ada petugas kesehatan yang lain jadi saya melakukan pelayanan kesehatan umum, mulai dari remaja, usia produktif, dan juga lansia," katanya.
Dengan penuh semangat di tengah keterbatasan akses transportasi, Margaret juga memberikan pelayanan pemantau pada pasien gangguan jiwa, pelayanan kesehatan kelompok melalui Posyandu dengan rincian 10 Posyandu kelas balita, 10 kelas ibu hamil, pelayanan Keluarga Berencana, dan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat atau PHBS. Walau kesulitan akses harus dihadapinya, namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya.
Baca Juga:
Dinkes Aceh Timur Tutup Mata, Bertahun-tahun Berdirinya Polindes Tanpa Penghuni
Dengan berjalan kaki dan menggunakan transportasi air bidan Margaret melaksanakan tugasnya.
Untuk menuju ke Puskesmas induk di Binter, Margaret membutuhkan waktu empat jam, ke Puskesmas Rujukan PONED enam jam dan rujukan ke RS terdekat yaitu ke rumah sakit umum Malinau membutuhkan waktu delapan jam.
Untuk ke Kota Nunukan membutuhkan waktu 10-12 jam. Selain sebagai petugas kesehatan, Margaret juga aktif sebagai anggota PKK yang pernah menerima penghargaan di kecamatan pada saat HUT RI 17 Agustus 2022.
Baca Juga:
Seorang Bidan PPPK di Nagekeo Nekat Videokan Aksi Colmeknya
Lebih lanjut Margaret mengatakan, dalam kesehariannya dapat melayani pasien rata-rata 10 hingga 20 orang per-hari, dan yang paling menjadi tantangannya adalah sebisa mungkin memberikan edukasi dan pemahaman kepada Ibu hamil agar sebelum mendekati hari persalinan
sudah harus keluar dari desa untuk mendekati fasilitas kesehatan yang terstandar.
Ia mengatakan, mengingat sulitnya akses dan transportasi untuk mencapai fasilitas kesehatan dan rujukan, sangat penting untuk melakukan rujukan dini, terencana agar tidak terjadi keterlambatan pertolongan untuk ibu ibu hamil yg akan bersalin.