WahanaNews.co, Jakarta - Perjalanan jauh saat mudik dengan kendaraan pribadi membutuhkan kondisi fisik yang prima.
Tanpa memiliki daya tahan yang cukup, risiko terjadinya kondisi tertidur singkat yang disebut microsleep, bisa jadi ancaman serius selama perjalanan.
Baca Juga:
Peningkatan Volume Kendaraan di Tol Jagorawi, Jasa Marga Berlakukan Contraflow
Kenyataannya, bahaya microsleep seringkali diabaikan dan tidak dipersiapkan dengan baik, yang akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan yang fatal di jalan.
dr. Paulina Thiomas Ulita, SpS, pakar kesehatan tidur dari Mayapada Hospital Tangerang, menjelaskan beberapa fakta yang penting diketahui mengenai microsleep.
"Microsleep berarti seseorang benar-benar tertidur dalam hitungan detik," ungkapnya, melansir Detik, Jumat (5/4/2024).
Baca Juga:
Karyawan di Bali Curi Uang Bos Rp25 Juta & Motor Demi Mudik ke Bogor
Menurut dr. Paulina, microsleep menjadi salah satu faktor risiko yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kecelakaan saat melakukan perjalanan jauh.
Biasanya hal ini terjadi karena kurangnya waktu tidur seseorang.
Sehingga saat seseorang mengalami kondisi mata tertutup sejenak, ia dapat langsung terjatuh ke dalam fase tidur yang dalam.
"Microsleep itu biasanya ditandai dengan mata yang sudah berkedip-kedip, kemudian tubuhnya terasa rileks. Kemudian kadang sudah nodding (kepalanya sudah terkantuk-kantuk)," ungkapnya.
dr Paulina menambahkan, microsleep sering terjadi ketika berkendara di jalan tol. Faktor jalan yang lurus dengan sedikit hambatan, membuat pengendara rentan bosan dan tingkat kewaspadaannya menurun.
"Nah, itu yang membuat tingkat kewaspadaan turun sehingga hormon kortisolnya juga rendah. Kalau hormon kortisol rendah, maka yang terjadi adalah mengantuk dan seluruh tubuh jadi turun aktifitasnya. Bahkan aktifitas otot juga menjadi turun," terang dr Paulina.
Mengatasi microsleep
Lalu, apakah minum kopi atau suplemen kebugaran efektif menangkal kantuk saat mengemudi?
Kopi dan suplemen kebugaran kerap jadi andalan sebagai 'doping' para pemudik biar tidak mengantuk.
Kandungan kafein di dalamnya dipercaya bisa mencegah risiko microsleep yang kerap berakibat fatal.
Tapi, benarkah kopi efektif mengatasi kantuk di jalan ketika mudik?
Praktisi kesehatan dari RS Abdi Waluyo, dr Yuhana Fitra, SpPD mengatakan, efek kafein dalam kopi hanya sementara untuk mengatasi kantuk.
Namun, ketika sudah sangat mengantuk, efeknya tidak lagi 'cespleng'.
"Karena sebenernya kafein yang ada di kopi atau teh itu sifatnya hanya temporary, mungkin temen-temen akan sadar nih 30 menit but then after itu adenosin yang berikatan dengan reseptor di otak itu akan tergantikan lagi," ungkap dr Yuhana, mengutip Detik.
"Jadi kafeinnya akan menggantikan lagi, adenosinnya akan balik lagi dan temen-temen akan ngantuk lagi. Seringkali, kantuknya lebih nggak bisa ditahan," tambahnya.
Kafein memang merupakan stimulan bagi sistem saraf pusat yang dapat direspons otak saat sadar, namun tidak akan efektif jika otak sudah dalam keadaan overheating atau kelelahan berlebihan.
Walaupun kopi dapat menyegarkan dan mengurangi rasa kantuk, manfaatnya hanya bersifat sementara dan tidak berlangsung lama.
Bahkan, sering kali kantuk yang muncul setelah mengonsumsi kopi sulit untuk diatasi, dan malah dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi microsleep.
Kafein, yang terdapat dalam kopi dan minuman berenergi, memang dapat dianggap sebagai suplemen yang sah untuk mengatasi kantuk.
Namun, perlu diingat bahwa konsumsinya sebaiknya dalam batas yang wajar, dan penting untuk tetap memberikan prioritas pada istirahat atau tidur untuk mengatasi kantuk.
"Ya minuman bernenergi sih boleh-boleh saja kalau mengandung kafeinnya ya. Kalo minumnya terlalu berlebihan ya juga gak bagus, karena dia juga memperberat fungsi ginjal," kata dr Paulina, dari Mayapada Hospital Tangerang.
"Jadi memang hanya untuk ya saat diperlukan saja, ya boleh-boleh aja sih kalau untuk mengurangi ngantuk sesaat. Tapi lebih baik sebenarnya memang pakai kafein yang dari kopi," terangnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]