WahanaNews.co | Pakar Gizi yang juga Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Nurul Ratna Mutu Manikam M Gizi SpGk mengatakan saat bulan puasa tiba, banyak orang mencoba merubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat.
Sebaliknya, ketika Idulfitri tiba, kebiasaan menahan makanan mulai kembali lepas kendali. Akibatnya banyak orang yang mengalami beberapa masalah kesehatan dan kegemukan.
Baca Juga:
Cegah Kolesterol Akibat Asupan Opor, Pakar gizi Sarankan Masyarakat Cukupi Asupan Serat
Kondisi ini dipicu karena perubahan pola makan yang drastis dan didorong oleh acara kumpul bersama keluarga.
Ketika mengunjungi setiap rumah keluarga, kita akan disajikan berbagai hidangan yang tak bisa untuk ditolak. Tanpa sadar makanan dan minuman yang kita makan memiliki kalori yang tinggi.
Jika dibiarkan secara terus-menerus tentu saja berat badan akan melonjak.
Baca Juga:
Cegah Kolesterol Akibat Asupan Opor, Pakar gizi Sarankan Masyarakat Cukupi Asupan Serat
"Karena asupannya banyak, makan sudah tidak lagi dibatasi, dan yang utama adalah karena kita tidak mengubah gaya hidup dalam jangka waktu lama," ujar dr Nurul.
Untuk menghadapi gempuran makanan dan minuman berkalori tinggi, dr Nurul dikutip melalui laman resmi Universitas Indonesia berbagi tips:
1. Melaksanakan Puasa Syawal
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk cegah kegemukan setelah lebaran adalah melaksanakan puasa syawal selama enam hari.
Detikers juga bisa melanjutkan puasa dengan membayar utang di bulan Ramadan. Hal ini dilakukan supaya tubuh terbiasa dan terus beradaptasi dengan pola makan yang teratur.
Dengan begitu, berat badan setelah lebaran akan tetap stabil dan tak membuat timbangan menjerit. Bila ingin terus menjaga bentuk tubuh, dr Nurul menyarankan agar tetap konsisten menjaga pola makan dengan membiasakan diri berpuasa Senin dan Kamis.
2. Perhatikan Asupan Gizi
Cara kedua yaitu memperhatikan asupan gizi yang seimbang antara makronutrien (Karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (Vitamin dan mineral).
Langkah ini sebenarnya bisa dimulai selama bulan Ramadan. Seperti anjuran Nabi, saat berbuka puasa lebih baik memakan kurma yang kaya akan kandungan karbohidrat, serat dan gula.
Setelah itu, detikers bisa menambahkan protein yang bisa didapatkan dari tempe, tahu, telur ataupun susu.
3. Porsi Makan Malam
dr Nurul menyarankan sebaiknya makan malam disesuaikan dengan kaidah "Isi Piringku" yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Kaida tersebut menjelaskan bila dalam satu piring terdiri dari 50% buah dan sayur, 50% sisanya terdiri dari karbohidrat (diperoleh dari makanan pokok nasi/kentang/ubi/singkong/mie/roti) dan protein (diperoleh dari lauk pauk).
Selain itu, yang harus dipenuhi lainnya oleh tubuh adalah minum, setidaknya kita dianjurkan untuk minum sebanyak 7-8 gelas per harinya.
4. Hindari Gorengan
Gorengan seperti bakwan, tahu isi dan sejenisnya memang makanan favorit masyarakat Indonesia. Tahukah detikers bagaimana kandungan gorengan?
Gorengan didominasi oleh tepung (karbohidrat) dan minyak (lemak), sebagai contoh adalah bakwan goreng yang dalam satu porsinya mengandung hampir setara dengan 7-8 sendok nasi loh!
"Kalorinya sudah sama dengan setara dengan sepiring nasi, sayur, dan lauk pauk. Efeknya akan kenyang, karena secara kalori sudah memenuhi untuk sekali makan. Namun dari segi nutrisi, ini tidak seimbang karena sedikit sekali proteinnya. Apakah ada vitamin dan mineralnya? Ada, tetapi juga sangat sedikit," kata dr Nurul.
Untuk itu tidak disarankan bila detikers sudah makan 2-3 gorengan lalu ditambah makan nasi beserta lauknya.
Akibat dari mengkonsumsi hal tersebut adalah badan akan terasa lemas karena nutrisi yang tidak terpenuhi.
Massa otot juga akan turun yang menyebabkan akan lebih mudah sakit, dan loyo. Selain itu, bagi sebagian orang yang menjaga berat badan menjadi lebih sulit untuk menurunkan berat badannya. [Tio/Detik]