Namun, setelah beberapa hari kemudian, asma akan kembali kambuh.
Bahkan menurut laporan strategi Global Initiative for Asthma (GINA) 2019-2022 menunjukkan bahwa penggunaan inhaler pelega SABA secara rutin, walaupun hanya dalam 1-2 minggu, justru kurang efektif dan menyebabkan lebih banyak peradangan pada saluran napas.
Baca Juga:
57,5 Persen Pasien di Indonesia Masih Alami Serangan Asma
Menurut Yanuar, hal tersebut terjadi karena SABA hanya berperan sebagai pelega, bukan antiradang. "SABA hanya sebagai pelega dan tidak mengatasi inflamasi atau peradangan yang mendasari asma," ujar Yanuar.
Untuk itu, pengobatan asma dengan hanya menggunakan inhaler pelega SABA tidak lagi direkomendasikan. Menurutnya, pasien asma harus mendapatkan obat pengontrol yang dapat mengatasi inflamasi atau peradangan, serta mencegah kekambuhan serangan asma.
"Contohnya adalah kombinasi ICS-Formoterol untuk mengurangi risiko serangan asma," tutur Yanuar.
Baca Juga:
Segera Hindari! Ini 3 Penyebab Utama Penyakit PPOK yang Perlu Diketahui
Selain itu, kombinasi ICS dan long-acting beta-agonist (LABA) juga dapat dilakukan.
Terakhir, Yanuar juga menganjurkan pasien asma untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter guna memastikan kondisi asma yang terkontrol dan mendapatkan tindakan yang tepat, bukan hanya mencari pengobatan instan saat serangan asma muncul. [Tio]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.