WahanaNews.co | Hari ini, tanggal 10 Oktober, diingat orang sebagai Hari Kesehatan Mental Dunia.
Pentingnya kesehatan mental memang jadi perhatian dan prioritas semua pihak.
Baca Juga:
Susan Sameh Konsultasi ke Psikiater, Karena Jadi Korban Pelecehan
Adapun tema Hari Kesehatan Mental 2022 ini telah diumumkan World Federation for Mental Health (WFMH) yaitu Jadikan kesehatan mental untuk semua sebagai prioritas global.
Peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di seluruh dunia.
Selain itu, gerakan ini juga bertujuan memobilisasi upaya untuk mendukung mereka yang mengalami masalah kesehatan mental.
Baca Juga:
Tukang Buah yang Cabuli 6 Anak di Bintan, Alami Disorientasi Seksual
Berbagai masalah kesehatan mental sering tak disadari oleh penderita bahkan oleh lingkungan sekitarnya. Salah satunya megalomania.
Menurut Medical News Today, megalomania adalah salah satu jenis delusi yang bisa menjadi tanda dari beberapa jenis gangguan mental.
Seseorang yang mengalami delusi megalomania akan menganggap dirinya lebih besar dan lebih penting daripada orang lain. Keadaan ini juga pernah diteliti oleh ahli dari India yang dimuat pada Industrial Psychiatry Journal di tahun 2009.
Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa seseorang yang mengalami megalomania akan menganggap bahwa pandangan tentang dirinya tersebut benar sehingga membuatnya tidak ingin mengubah keadaan tersebut.
Tidak hanya itu saja, dari penelitian tersebut juga ditemukan bahwa seseorang yang mengalami megalomania adalah gejala awal dari skizofrenia.
Medical News Today menjelaskan bahwa gangguan delusi ini bisa muncul pada waktu tertentu saja, namun juga bisa menjadi salah satu kondisi yang permanen.
Dalam situs yang dikutip dari laman RSUD Sawah Lunto yang dikutip Senin (10/10/2022), disebutkan, pakar kesehatan menyebut megalomania sebagai salah satu masalah kejiwaan yang bisa membuat pengidapnya mengalami perubahan perilaku, fantasi, hingga menganggap realita yang dialaminya sebagai sesuatu yang tidak benar.
"Mereka yang mengidap kondisi ini cenderung selalu ingin dihormati oleh orang lain dan merasa bahwa orang lain memang harus menganggapnya sebagai orang yang penting dan dihargai. Selain itu, mereka juga cenderung sulit untuk berempati kepada orang lain," tulis situs tersebut.
Kemudian, pengidapnya cenderung memiliki obsesi dengan kekuasaan. Berdasarkan sebuah jurnal kesehatan berjudul The Megalomaniac Traits of Personality, dihasilkan fakta bahwa penderita sindrom megalomania cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Bahkan, mereka tidak segan untuk menyingkirkan orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk orang-orang terdekatnya hanya demi mendapatkan kekuasaan atau sesuatu yang benar-benar diinginkannya.
Penderitanya juga cenderung memiliki keinginan untuk mendominasi atau bahkan mengeksploitasi lingkungannya dengan berlebihan dan sewenang-wenang.
Mereka yang mengidap sindrom megalomania cenderung memiliki masalah narsisme atau dalam dunia medis disebut sebagai narcissistic personality disorder.
Hanya saja, megalomania bisa membuatnya melakukan tindakan dan cara berpikir yang jauh lebih parah.
Hal ini disebabkan oleh kecenderungan pengidapnya yang menganggap dirinya sebagai orang yang cerdas, handal, berkuasa, memiliki kemampuan yang jauh lebih hebat dari orang lain, dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya. [qnt]