Sementara para peserta tetap terjaga, sampel darah diambil untuk mengidentifikasi protein dalam sel sistem kekebalan berbasis darah. Beberapa protein ini terkait erat dengan jam biologis utama.
Karena jam biologis utama yang menjaga tubuh pada ritme 24 jam tahan terhadap perubahan jadwal shift, tidak banyak perubahan pada protein ini.
Baca Juga:
Pjs. Bupati Labuhanbatu Utara Hadiri Peringatan HUT IDI ke-74
Namun, pada sebagian besar jenis protein lain, seperti yang terlibat dalam regulasi glukosa, terdapat perubahan ritme yang substansial di antara peserta shift malam dibandingkan dengan peserta shift siang.
Di samping itu, mereka turut mencatat bahwa terdapat pembalikan ritme glukosa yang hampir sempurna pada peserta shift malam. Peserta shift malam juga tidak memiliki sinkronisasi dalam proses produksi dan sensitivitas insulin.
Proses-proses ini biasanya harus bekerja sama untuk menjaga kadar glukosa dalam kisaran yang sehat.
Baca Juga:
Kasus Dokter Aulia, Polisi: Pengakuan FK Undip-RS Kariadi soal Bully Permudah Penyelidikan
Hal ini disebabkan oleh regulasi insulin yang mencoba membatalkan perubahan glukosa yang dipicu oleh jadwal shift malam, yang mungkin merupakan respons yang sehat saat ini, namun menimbulkan masalah dalam jangka panjang.
Penulis studi senior dari WSU Elson S. Floyd College of Medicine Hans Van Dongen menambahkan, ada proses yang terkait dengan jam biologis utama di otak kita yang mengatakan bahwa siang adalah siang dan malam adalah malam. Sementara proses lain yang mengikuti ritme yang diatur di tempat lain di tubuh yang mengatakan malam adalah siang dan siang adalah malam.
Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi dini mungkin dilakukan untuk mencegah diabetes dan obesitas, yang juga dapat diterapkan untuk mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke pada pekerja shift malam.