WahanaNews.co | Imunisasi pada anak seringkali berdampak pada kesehatan anak seperti deman yang membuat banyak orangtua panik.
Melihat kondisi seperti ini, tak sedikit yang bahkan memberi obat penurun demam sebelum anak diberi imunisasi, yang ternyata tak dianjurkan oleh dokter karena memicu efek yang kurang baik.
Baca Juga:
Perbanyak Vaksin, Kemenkes Sebut 95 Persen Anak Indonesia Harus Sudah Imunisasi
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof.Dr.dr. Hartono Gunardi, Sp.A (K), mengatakan bahwa efek samping setelah diimunisasi itu sebenarnya tidak selalu terjadi.
Maka kuncinya, pastikan kondisi kesehatan si kecil optimal sebelum diimunisasi. Meskipun ada efek samping, riset menemukan hanya 25 persen anak yang mengalaminya pasca divaksinasi.
"Setelah imunisasi sediakan obat penurun demam, biasanya KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) demam. Demamnya paling lama 24-48 jam. Itu wajar terjadi. Kalau demam, tinggal beri obat demam," kata Prof Hartono, ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Baca Juga:
RS Bebas Tetapkan Tarif Vaksin Covid-19 Berbayar, Kemenkes Belum Tentukan HET
Demam yang dialami anak, lanjut Prof Hartono, juga termasuk ringan dengan suhu 38 derajat Celcius.
Hanya sebagian kecil yang mengalami demam tinggi hingga 39 derajat Celcius, namun menurun setelah diberi obat penurun demam.
Lantas, bolehkan memberi penurun demam sebelum vaksinasi agar anak tak mengalami KIPI tersebut?
"Pemberian parasetamol sebelum vaksinasi akan ganggu proses pembentukan antibodi. Antibodi terbentuk tapi tidak setinggi kalau tidak diberi parasetamol. Kalau demam juga hanya 25 persen anak yang divaksin (dari penelitian). Jadi tidak perlu beri parasetamol sebelum vaksinasi," tambahnya.
Menurutnya, yang lebih berbahaya adalah dampak dari penyakit menular yang mengintai anak dan sebenarnya dapat dicegah melalui imunisasi.
Selain memicu kecacatan, anak yang mengalami penyakit menular seperti pertusis atau polio berisiko membahayakan nyawa.
"(KIPI) tidak perlu dikhawatirkan. Seperti anak tumbuh gigi, pasti rewel. Jadi vaksin juga timbul efek samping begitu. Ditambah, penelitian mencatat demam ringan hanya sebanyak 25 persen. Kalau anak rewel, perlu beri asupan makanan dalam hal ASI, MPASI itu harus cukup," jelas Prof Hartono.
"Apalagi kalau demam, asupan cairan harus cukup karena penguapan tinggi saat demam. Berikan obat penurun demam ketika suhunya atas 38. Belum 38, itu sebenarnya belum perlu. Itu saat tubuh membentuk reaksi. Ada sistem kekebalan yang dilatih," sambungnya.
Selain obat penurun panas, Prof Hartono menyoroti pentingnya memberikan kompres pada anak.
Namun ingat, kompres yang diberikan berupa kompres air hangat dan bukan air suhu ruangan. Sebab, air hangat akan membuat suhu tubuh menyesuaikan dan menjadi lebih stabil.
"Pakai kompres hangat, akan turunkan setting suhu. Kalau dikasih kompres dingin, luar dingin, justru produksi panas supaya tubuh nggak kedinginan. Itu mekanisme untuk mengatasi hal tersebut. Sekarang kalau demam malah kompres air hangat dan pakai baju tipis," tandasnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]