WahanaNews.co | Perayaan idulfitri rasanya kurang lengkap jika tak tersaji makanan khas lebaran di meja makan. Salah satunya ketupat.
Ketupat adalah makanan dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman pucuk daun kelapa dan direbus hingga matang.
Baca Juga:
5 Hidangan Wajib saat Lebaran, Favorit Kamu yang Mana Nih?!
Ketupat telah menjadi makanan yang selalu ada di hari lebaran.
Biasanya ketupat disantap bersama opor ayam, makanan berkuah yang dibuat dari daging ayam yang direut dalam kuah santan.
Ketupat dan opor ayam termasuk makanan yang paling dinanti saat lebaran. Makanan ini hampir tak pernah absen menjadi menu lebaran masyarakat Indonesia.
Baca Juga:
5 Hidangan Wajib saat Lebaran, Favorit Kamu yang Mana Nih?!
Makna Ketupat
Dalam bahwa Jawa atau Sunda, ketupat juga disebut dengan kupat yang merupakan akronim dari "ngaku lepat". Artinya adalah "mengakui kesalahan".
Melansir informasi dari akun instagram Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kemendikbud, kupat juga diartikan sebagai "laku papat" atau empat laku yang tercermin dari empat sisi ketupat, yaitu:
1. Lebaran, dari kata dasar 'lebar' artinya pintu ampun dibuka untuk orang lain
2. Luberan, dari kata dasar 'luber' artinya melimpah dan memberi sedekah pada orang yang membutuhkan
3. Leburan, dari kata dasar 'lebur' artinya bermakna melebur dosa yang dilalui selama satu tahun
4. Laburan, merupakan kata lain 'kapur' bermakna menyucikan diri atau putih kembali seperti bayi.
Sejarah Ketupat Lebaran
Dikutip dari berbagai sumber, ketupat sudah dikenal sejak abad 15 pada era Kerajaan Demak.
Ahli sejarah asal Belanda, Hermanus Johannes de Graaf, dalam bukunya 'Malay Annual', dikatakan ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak.
Di masa itu, bentuk ketupat mirip dengan apa yang dikenal sekarang dan juga direbus dengan anyaman daun kelapa.
Dalam catatan Hermanus Johannes de Graaf, kemunculan ketupat di tengah masyarakat Jawa adalah bagian dari penyebaran agama Islam yang dibawa oleh Sunan Kalijaga.
Pada masa itu, diketahui mayoritas penduduk di Jawa masih memeluk agama kepercayaan atau dikenal juga dengan nama Kejawen.
Kemudian ketupat digunakan Sunan Kalijaga untuk melakukan pendekatan dakwah dalam sisi budaya.
Sebab, ketupat dipercaya bisa menjadi alat yang lebih familiar untuk pendekatan dakwah, dengan kebudayaan masyarakat Jawa yang kental pada saat itu.
Ketupat dijadikan sebagai budaya dan filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai keislaman, sehingga ada akulturasi budaya antara keduanya.
Baru setelah agama Islam mulai diterima secara luas, ketupat akhirnya melekat menjadi hidangan yang khas pada perayaan Islam, seperti lebaran Idulfitri. [Tio/Berbagai Sumber]