WahanaNews.co | Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyoroti angka kenaikan kasus penyakit sifilis dalam 5 tahun terakhir.
Penyakit sifilis sudah terhitung meningkat 70 persen di Indonesia.
Baca Juga:
Waspada! Kasus Pertama Cacar Monyet Klade I Muncul di California AS
"Jadi pasien yang ditemukan setiap tahunnya terus bertambah, sampai sekarang mengalami lonjakan hingga 70 persen," ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH.
Pada 2018, kasus sifilis tercatat mencapai total 12.484 kasus. Jumlah ini terus mengalami peningkatan dan menjadi 20.783 kasus pada 2022. Setiap tahunnya, terdapat rata-rata peningkatan 17 ribu hingga 21 ribu kasus.
Apa itu sifilis dan Gejalanya
Baca Juga:
Lampung Selatan Laporkan Ada 70 Kasus Baru HIV/AIDS Sejak Januari hingga Mei 2023
Sifilis atau penyakit raja singa adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri. Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.
Penyakit sifilis dapat menular melalui kontak kulit atau selaput lendir dari luka yang didapati. Setelah infeksi awal, bakteri sifilis dapat tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif kembali.
Perlu kamu ketahui, luka yang menjadi gejala sifilis, sering kali tidak terlihat dan pengidap tidak merasakan sakit.
Meskipun demikian, luka tersebut sudah bisa menular kepada orang lain. Kamu perlu berhati-hati!
Menurut dr. Meva Nareza dalam Alodokter, gejala sifilis terdapat beberapa tahapan sesuai perkembangannya.
Adapun gejala sifilis, antara lain:
1. Sifilis primer, jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk
2. Sifilis sekunder, jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh
3. Sifilis laten, jenis ini tidak menimbulkan gejala, tetapi bakteri ada di dalam tubuh penderita
4. Sifilis tersier, jenis ini dapat menyebabkan kerusakan otak, saraf, jantung, atau organ lain
Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis dapat merusak otak, jantung, dan organ lain.
Sayangnya, dr. Syahril ungkap masih banyak yang belum menerima pengobatan sifilis, sehingga besar potensinya menularkan kepada orang lain, khususnya ibu hamil.
Apakah bisa disembuhkan
Menurut data yang dibeberkan Kemenkes, pasien ibu hamil dengan sifilis yang diobati hanya berkisar 40 persen pasien. Sisanya, sekitar 60 persen tidak mendapatkan pengobatan dan berpotensi menularkan dan menimbulkan cacat pada anak yang dilahirkan.
“Rendahnya pengobatan dikarenakan adanya stigma dan unsur malu. Setiap tahunnya, dari 5 juta kehamilan, hanya sebanyak 25 persen ibu hamil yang di skrining Sifilis. Dari 1,2 juta ibu hamil sebanyak 5.590 ibu hamil positif sifilis,” kata dr. Syahril.
Menurut dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H dalam Hellosehat, Sifilis bisa disembuhkan dengan mengonsumsi antibiotik. Dilansir dari Mayo Clinic, antibiotik yang dapat mengatasi sifilis dalam tahap apa pun adalah penisilin.
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang tentunya ditularkan oleh aktivitas seksual.
Menurut dr. Rizal Fadli dalam Halodoc, ada beberapa cara untuk mencegah penularan Sifilis, antara lain:
1. Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan seksual
2. Berhenti untuk melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama
3. Secara terbuka mendiskusikan riwayat penyakit kelamin yang dialami bersama pasangan
4. Biasakan menggunakan kondom bila harus berhubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal.
[Redaktur: Zahara Sitio]