WahanaNews.co | Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr. dr. Agus Dwi Susanto mengatakan, revisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 diperlukan untuk menekan jumlah korban dari perilaku merokok yang merugikan kesehatan.
Dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (12/8/2022), Ketua Umum PDPI Agus mengatakan bahwa rokok baik jenis konvensional maupun elektrik memiliki dampak nyata terhadap kesehatan perokok dan orang sekitarnya sebagai perokok pasif.
Baca Juga:
YLKI: Konsumen Lebih Aman dengan Kebijakan Kemasan Polos pada Rokok
"Jadi kita mau menunggu korbannya tambah banyak atau kita mau mengaturnya supaya korban-korban akibat rokok elektronik maupun konvensional ini menjadi lebih sedikit," ujar Agus dalam konferensi pers dukungan revisi PP 109/2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau.
Dia mengingatkan bahwa dampak dari perilaku rokok tidak hanya dirasakan sekarang tapi juga di masa depan.
Ketika tidak dilakukan aksi saat ini, jelasnya, bahaya kesehatannya dapat menjadi fenomena sangat besar dan akan terlihat pada 10-15 tahun mendatang.
Baca Juga:
Malang Nasib Istri Korban KDRT di Tangerang, Disundut hingga Ditusuk lalu Diusir
Dia memberi contoh bagaimana telah terjadi peningkatan pasien kanker baru dalam beberapa waktu terakhir.
"Kalau kita sekarang mau menyangkal, lihat 15 tahun lagi. Untuk rokok elektronik korbannya akan muncul 15 tahun lagi, apakah kita mau memberikan warisan kepada anak-anak kita 15 tahun lagi untuk menjadi korban," tuturnya.
Hal itu menjadi dasar PDPI mendukung agar pemerintah dapat melakukan revisi terhadap PP 109/2012.
Beberapa revisi PP 109/2012 di antaranya mencakup ukuran pesan bergambar pada kemasan rokok diperbesar, pengaturan penggunaan rokok elektrik, iklan, promosi, pengetatan sponsorship, larangan penjualan rokok batangan dan peningkatan pengawasan.
Dalam kesempatan tersebut, perwakilan beberapa organisasi profesi kesehatan juga menyatakan dukungan terhadap revisi PP 109/2012.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Dr. Radityo Prakoso mengatakan perilaku merokok merupakan salah satu kontributor terjadi penyakit jantung koroner.
Untuk itu, diperlukan upaya untuk menekan perilaku merokok yang saat ini mudah diakses oleh masyarakat Indonesia meski dampaknya terhadap kesehatan sudah terbukti.
"Peran pemerintah melalui sistem kesehatan nasional harus menekankan pada pentingnya kendali konsumsi rokok terutama pada populasi anak dan remaja. Diperlukan sebuah peraturan yang tegas," ujar Raditya.[mga]