Cholecystokinin adalah hormon peptida yang dilepaskan saat kita makan, dapat menyebabkan rasa kantuk. Hormon peptida ini merupakan hormon dari protein dalam beragam ukuran.
Protein yang disintesis lalu disisipkan ke dalam vesikel untuk sekresi, dilipat, dan diproses melalui proteolisis atau pemecahan protein.
Baca Juga:
Dampak Bahaya Minum Kopi Saat Sahur dan Berbuka Puasa
Dapat dikatakan bahwa protein mungkin bisa menjadi salah satu penyebab rasa kantuk. Namun, bukan hanya protein, makanan lainnya dengan kandungan yang berat, berlemak, atau manis bisa juga menjadi penyebabnya.
Selain itu, rasa kantuk yang terus-menerus juga bisa terkait dengan tidak tercapainya pola sirkadian yang normal.
Melansir Kompas.com, ritme sirkadian bekerja untuk memasikan semua fungsi dan proses tubuh berjalan maksimal selama 24 jam. Pada manusia, ritme inilah yang mengordinasikan sistem mental dan fisik di seluruh tubuh.
Baca Juga:
Ledakan Bom Israel Jelang Sahur Tewaskan 36 Orang Sekeluarga di Gaza
Ritme ini bekerja dengan cara sel-sel otak merespons isyarat lingkungan, yakni gelap dan terang. Respon tersebut ditangkap oleh mata yang kemudian dikirimkan dalam bentuk sinyal ke sel-sel tubuh sebagai isyarat kapan waktunya kita terbangun dan tidur.
Artinya, pola tidur yang tidak teratur juga dapat membuat kita cepat terserang rasa kantuk. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk memajukan waktu tidur dari biasanya selama puasa. Hindari juga mengonsumsi kopi sebelum tidur agar kita tak terjaga.
Jangan lupa untuk membuat lingkungan tidur senyaman mungkin, seperti mematikan lampu. Hal ini dilakukan agar mata kita merespons situasi dan memberikan sinyal ke tubuh untuk tidur.