WahanaNews.co | Psikolog dari Universitas Pancasila, Aully Grashinta, mengatakan, orang tua yang memiliki trauma masa lalu soal kekerasan seksual bisa mendorong pengulangan. Perlakuan serupa bisa dilakukan kepada anaknya.
"Misalnya orang tua yang terlalu menekan anak memiliki trauma atau pengalaman seksual (serupa) yang kemudian menjadi pemantik (kekerasan seksual)," kata Aully, Kamis (14/7/22).
Baca Juga:
Mensos Minta Pelaku Kekerasan Seksual di Sekolah Harus Dihukum Berat
Berdasarkan penelitian topik kekerasan seksual, Aully mengutip data, pada 585 orang, 75 persennya, terbukti memiliki masalah psikologis. Karena itu, dia menyebut, masalah tersebut tidak hanya bisa diatasi dari sisi pelaku saja, melainkan juga semua pihak.
Aully mengatakan, ada beberapa faktor penyebab seseorang menjadi pelaku kekerasan seksual. Menurutnya, faktor yang dimaksud bisa bersifat fisik maupun psikologis.
"Faktor psikologis seperti riwayat korban perilaku kekerasan baik verbal, fisik, seksual, bullying, dan sebagainya," katanya.
Baca Juga:
Petinggi Partai di Kota Bekasi Diduga Lakukan Kekerasan Seksual, Begini Kronologinya
Tak hanya itu, faktor psikologis lain menyangkut kehidupan masa lalu juga bisa menjadi penyebab. Mulai dari masalah keuangan, pertengkaran keluarga, perceraian orang tua, pendidikan, pemberhentian hubungan kerja, hingga situasi tempat tinggalnya yang tak kondusif.
"Itu dapat membuat pelaku melampiaskan tekanannya ke dalam bentuk melakukan kekerasan seksual," jelas Aully.
Pengalaman pelaku dalam kehidupan sehari-hari, menurut Aully, juga bisa menjadi penyebab. Paparan kekerasan dan pornografi atau film, serta games dan berbagai tontonan lainnya bisa menjadi menginspirasi pelaku kekerasan seksual.
Sementara itu faktor fisik yang mempengaruhi pelaku kekerasan seksual mencakup faktor genetik dalam keluarga. Utamanya, dengan riwayat perilaku kekerasan.
"Adanya kemungkinan tumor, trauma, gangguan metabolik atau hormonal hingga penggunaan alkohol dan narkoba juga bisa jadi penyebab," tutur dia.[gab]