WahanaNews.co | Saat ini, varian Delta (B1617.2) masih jadi varian COVID-19 paling mendominasi di seluruh dunia. Namun, di Amerika Serikat, perhatian kini tertuju pada varian R.1 yang baru-baru ini teridentifikasi di Kentucky.
Varian R.1 ditemukan baru-baru ini di sebuah panti jompo di Kentucky, dan ternyata sudah menyebar di 47 negara bagian. Disebut-sebut, pertama kali teridentifikasi di Amerika Serikat pada Maret.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Apa itu varian R.1?
Varian R.1 adalah salah satu varian COVID-19 yang mengandung sejumlah mutasi, di antaranya D614G yang terbukti meningkatkan kemampuan menular. Artinya, diduga lebih menular dibanding varian lain, meski masih butuh penelitian untuk memastikannya.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Saat ini, organisasi kesehatan dunia WHO belum memasukkan varian R.1 ke dalam kategori variant of concern (VOC) maupun varian of interest (VOI). Varian R.1 saat ini ada di kategori 'Variants Under Monitoring', yang semula disebut 'Alerts for Further Monitoring'.
Dalam daftar pantauan varian COVID-19, WHO menyebut varian R.1 terdeteksi pertama kali pada Januari 2021 di 'multiple countries'. Namun beberapa sumber benyebut, varian ini pertama kali ditemukan di Jepang, sehingga disebut 'varian asal Jepang'.
Kebal Antibodi?
Mutasi lain yang ditemukan pada varian R.1 adalah E484K, mutasi yang disebut-sebut memiliki kekebalan terhadap antibodi. Mutasi yang sama juga ditemukan pada varian Beta, Gamma, Eta, Iota, dan varian Mu.
Dikutip dari Newsweek, mutasi unik yang ditemukan adalah G439R, yang saat ini masih terus diteliti sifat-sifatnya. Yang pasti, varian ini diyakini belum akan menjadi 'saingan' bagi varian Delta. [rin]