WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa keberhasilan Indonesia menghentikan penyebaran polio tipe dua merupakan hasil kerja besar seluruh elemen bangsa.
Ia menilai prestasi ini tidak lepas dari kolaborasi kuat antara pemerintah pusat, daerah, tenaga kesehatan, para orang tua, serta berbagai mitra internasional.
Baca Juga:
Juknis Baru MBG Tegaskan Sekolah Jadi Garda Depan Pengawasan Keamanan Pangan
“Kita berhasil menghentikan penyebaran polio di Indonesia. Semua berkat dedikasi tenaga kesehatan, komitmen orang tua dan seluruh anggota masyarakat agar anak-anak diimunisasi, serta dukungan mitra," ujar Menkes Budi dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (21/11/2025).
Meski menyambut baik capaian tersebut, Budi mengingatkan bahwa ancaman polio tetap harus diwaspadai.
Ia menyoroti masih adanya ketimpangan cakupan imunisasi antarwilayah yang dapat membuka peluang munculnya kasus baru.
Baca Juga:
Kemenkes Luncurkan Sandbox Kesehatan 2025 untuk Percepat Inovasi Teknologi Medis
“Namun, kita tidak boleh berpuas diri, karena risiko polio masih ada. Terutama dengan adanya kesenjangan cakupan imunisasi di beberapa provinsi di Indonesia," ucapnya.
Ia meminta seluruh pemangku kepentingan memastikan setiap anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal usia.
Pemerintah juga menegaskan pentingnya pengawasan berkelanjutan dan upaya peningkatan cakupan imunisasi di seluruh daerah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi mencabut status Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Indonesia pada Rabu (19/11/2025).
Keputusan ini diambil setelah WHO menilai situasi nasional stabil, di mana sejak Juni 2024 tidak ditemukan virus polio baik pada anak maupun lingkungan.
Direktur Regional WHO untuk Pasifik Barat, Saia Ma’u Piukala, menyatakan bahwa capaian Indonesia menjadi tonggak penting dalam perjalanan menuju dunia bebas polio.
“Saya mendorong seluruh 38 negara dan wilayah di Pasifik Barat untuk tetap waspada," ujarnya.
Saia menambahkan bahwa keberhasilan Indonesia juga memperkuat kemampuan seluruh negara di Wilayah Pasifik Barat WHO dalam mempertahankan status bebas polio selama 25 tahun terakhir.
"Suatu hari nanti, polio hanya tinggal sejarah, sampai saat itu tiba, kita harus melanjutkan imunisasi," kata Saia.
Perwakilan UNICEF Indonesia, Maniza Zaman, menyambut keputusan WHO ini sebagai bukti nyata bahwa kerja bersama masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan mampu menghasilkan kemajuan besar.
“Kita harus terus menjaga momentum agar setiap anak mendapatkan imunisasi yang mereka butuhkan," ujarnya.
Kasus polio tipe dua pertama kali kembali terdeteksi di Aceh pada Oktober 2022 sebelum menyebar ke berbagai daerah lainnya.
Dalam kurun dua tahun, kasus dilaporkan muncul di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, serta beberapa provinsi di Papua.
Sebagai respons cepat, pemerintah melaksanakan dua putaran imunisasi tambahan dengan vaksin nOPV2 sejak akhir 2022.
Upaya ini dibarengi penguatan imunisasi rutin, yang mendorong peningkatan cakupan vaksin IPV dari 63 persen menjadi 73 persen.
Tak hanya itu, Kementerian Kesehatan juga memperkenalkan vaksin heksavalen vaksin kombinasi yang memberikan enam perlindungan sekaligus dalam satu suntikan.
Program ini mulai diterapkan pada Oktober 2025 di DIY, NTB, Bali, dan enam provinsi di Papua.
Surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP) turut diperkuat melalui sistem deteksi yang lebih akurat dan perbaikan kualitas spesimen.
Pemerintah memastikan komitmen jangka panjang untuk menjaga Indonesia tetap bebas polio dengan memperkuat imunisasi, meningkatkan deteksi dini, serta mendorong partisipasi masyarakat secara luas.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]