WahanaNews.co | Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan 200 kasus cacar monyet (monkeypox) yang ditemukan dalam beberapa pekan terakhir di sejumlah negara bisa jadi baru permulaan. WHO mengingatkan boleh jadi ini hanya puncak gunung es.
“Kami tidak tahu apakah kami hanya melihat puncak gunung es atau jika ada lebih banyak kasus yang tidak terdeteksi di masyarakat,” kata Sylvie Briand, Kepala Kesiapsiagaan, Pencegahan Epidemi dan Pandemi WHO, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (28/5/2022).
Baca Juga:
Cacar Monyet di Jakarta Menyebar Melalui Kontak Seksual, 34 Kasus Terkonfirmasi
Boleh jadi fenomena saat ini adalah awal dari wabah. Briand menyampaikan hal tersebut kepada perwakilan negara anggota yang menghadiri Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa. Briand memperkirakan akan ada lebih banyak kasus dalam beberapa hari mendatang. Namun dia juga menekankan agar publik tidak perlu panik.
“Ini bukan penyakit yang harus dikhawatirkan masyarakat umum. Bukan Covid atau penyakit lain yang menyebar dengan cepat,” lanjut dia.
Para ahli masih mencoba untuk menentukan apa penyebab utama yang telah mendorong situasi yang tidak biasa ini. Pemeriksaan awal tampaknya tidak menunjukkan bahwa virus yang menyebabkan cacar monyet telah berubah atau bermutasi.
Baca Juga:
Melibas Cacar Monyet Pakai Jamu Ala Dokter
Briand juga berharap penyebarannya bisa dihentikan. WHO memiliki peluang bagus untuk menghentikan penularan dari sematang dan melakukan tindakan yang tepat. “Kita mungkin dapat mengatasi ini dengan mudah,” tambah dia.
Sejak Inggris pertama kali melaporkan kasus cacar monyet yang dikonfirmasi pada 7 Mei, hampir 200 kasus telah dilaporkan ke badan kesehatan PBB di negara-negara yang jauh dari tempat di mana virus tersebut sudah jadi endemik. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa telah mencatat 219 jumlah kasus.
Monkeypox sudah jadi endemik di sejumlah negara Afrika barat dan tengah. Lalu kasus cacar monyet tiba-tiba terdeteksi di lebih dari 20 negara lain di seluruh dunia, termasuk AS, Australia, Uni Emirat Arab, dan belasan negara Uni Eropa. Kementerian Kesehatan Spanyol mengatakan 98 kasus telah dikonfirmasi sejauh ini, sementara Inggris saat ini telah melihat lebih dari 100 kasus infeksi yang diverifikasi.