WahanaNews.co, Jakarta - Isi percakapan grup WhatsApp senior di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Merunda, Jakarta Utara yang merekayasa kronologi kematian juniornya telah menyebar di media sosial.
Grup WhatsApp tersebut membahas cara mengkondisikan kematian Putu Satria Ananta yang tewas setelah dianiaya oleh sejumlah seniornya di kampus STIP.
Baca Juga:
Anggota TNI AD Bunuh Kekasih di Pondok Aren, Terungkap saat Diperiksa karena Disersi
Hal ini seperti yang diunggah oleh akun Instagram anggota DPD RI terpilih Arya Wedakarna @aryawedakarna beberapa waktu lalu.
Arya Wedakarna menunjukkan bukti percakapan yang diduga dilakukan oleh para senior korban yang membahas kronologi palsu kematian Putu Satria Ananta.
"Seorang netizen mengirimkan screenshoot (SLIDE 8) dari dugaan "pengkondisian" dan narasi yang diduga bertentangan dengan fakta hukum," tulis Arya Wedakarna, dikutip Jumat (9/5/2024).
Baca Juga:
Kepala BPJN Kalbar, Ayah Dokter Koas Lady Sangkal Punya SPBU dan Butik ke KPK
Dalam grup WhatsApp tersebut, terungkap sebuah rencana untuk memalsukan penyebab kematian Putu Satria Ananta.
Nama grup WhatsApp itu adalah STIP ANGKATAN 66.
Meskipun belum jelas apakah grup ini adalah grup senior STIP atau grup angkatan korban, namun di dalamnya tampak percakapan yang berisi rencana untuk memalsukan kronologi dan penyebab kematian Putu Satria Ananta.
Dalam rencana tersebut, kematian Putu Satria Ananta akan dibuat seolah-olah disebabkan oleh serangan jantung, bukan akibat penganiayaan.
"Infonya taruna tersebut sakit serangan jantung sehabis olahraga dan bersih-bersih kampus. Tim dokter bilang tidak ada tanda-tanda kekerasan. Namun masih menunggu hasil visum, infonya almarhum sudah diserahkan ke Dishub karena taruna titipan dari daerah," isi tulisan seseorang yang tampak telah dikirim berulang-ulang.
Para senior di STIP membuat kronologi palsu agar masyarakat dan media tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya.
"Dibikin kronologinya begini, biar semua orang dan media ga tau apa yang sebenernya terjadi," tambahnya.
Lalu chat tersebut dibalas oleh seseorang dalam grup WhatsApp tersebut dan menyinggung soal pembunuhan junior oleh seniornya.
"Ga ada anj abang bunuh adeknya sendiri," tulis seseorang.
"Gaada yang safety," komentar lain di grup tersebut.
Aksi penganiayaan berujung kematian Putu Satria Ananta akhirnya terungkap.
Polres Metro Jakarta Utara telah menetapkan empat orang tersangka dalam kasus penganiayaan yang menewaskan seorang mahasiswa STIP. Keempat tersangka tersebut adalah Tegar Arif Sanjaya (TRS), FA alias A, KAK alias K, dan WJP alias W.
Sebelum tewas dianiaya oleh seniornya, Putu Satria Ananta sering mencurahkan isi hatinya kepada kekasihnya.
Putu sering mengungkapkan kekejaman yang dilakukan oleh para seniornya di STIP melalui pesan singkat WhatsApp kepada kekasihnya.
Hal ini terungkap dari potongan gambar percakapan WhatsApp antara Putu Satria Ananta dengan kekasihnya sebelum ia tewas dianiaya oleh seniornya di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Merunda, Jakarta Utara. Percakapan tersebut bahkan menjadi viral di media sosial.
Tidak hanya curhat soal kekejaman para seniornya, Putu juga sering menunjukkan foto-foto kekerasan yang dilakukan oleh seniornya kepada kekasihnya.
Menanggapi hal itu, kuasa hukum keluarga korban, Tumbur Aritonang, membeberkan isi percakapan yang menggunakan bahasa Bali tersebut.
"Benar (percakapan korban dengan kekasihnya)," kata Tumbur Aritonang saat dikonfirmasi awak media pada Kamis (9/5/2024).
Tumbur mengungkapkan bahwa dalam percakapan tersebut, korban menceritakan sejumlah pengalaman tak menyenangkan yang dialaminya selama menjalani masa pendidikan di STIP.
Putu berkali-kali mencurahkan berbagai peristiwa yang dialaminya pada kekasihnya.
Tumbur menyatakan bahwa korban mengaku sering mengalami tindakan penganiayaan dari sejumlah seniornya selama menjalani masa pendidikan.
Bahkan, korban tidak jarang mengirimkan foto-foto luka lebam di tubuhnya kepada kekasihnya setelah mengalami penganiayaan tersebut.
"Ada saja aku dipanggil terus sama senior, dipukuli terus-menerus, sakit di dada, ulu hati terus yang diincar, itu artinya (percakapan)," kata Tumbur mengutip isi percakapan tersebut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]