WahanaNews.co, Jakarta - Elwizan Aminuddin, orang yang menyamar sebagai dokter dan sebelumnya bekerja di klub sepak bola PSS Sleman, berhasil ditangkap oleh polisi setelah dua tahun buron.
Elwizan dilaporkan terkait kasus pemalsuan ijazah, dan laporan ini diajukan ke Polresta Sleman pada tanggal 3 Desember 2021. Pada saat itu, polisi sudah mengundang Elwizan untuk dimintai keterangan sebagai terlapor.
Baca Juga:
Resmi Dilantik, IDI Cabang Sikka Periode 2024-2027 Dipimpin Dokter Tedi, Berikut Susunan Kepengurusannya.!!
Namun, Elwizan tidak pernah memenuhi panggilan tersebut. Akibatnya, polisi menempatkannya dalam daftar pencarian orang (DPO).
Sebelum melarikan diri, Elwizan Aminuddin menyampaikan pengunduran dirinya secara lisan kepada Direktur Utama PS Sleman, Andy Wardhana, pada tanggal 1 Desember 2021.
Pada waktu itu, Elwizan memberikan alasan bahwa ia harus pulang ke Palembang karena orangtuanya sedang sakit. Namun, ia tidak pernah kembali ke PSS Sleman.
Baca Juga:
Pjs. Bupati Labuhanbatu Utara Hadiri Peringatan HUT IDI ke-74
Setelah dua tahun berlalu sejak kaburnya, Elwizan berhasil ditangkap di tempat tinggalnya di Cibodas pada Rabu (24/1/2024).
Sebelum menjadi dokter di sejumlah klub sepak bola, Elwizan Aminuddin adalah seorang kondektur bus di daerah Tangerang.
Selain itu, ia juga memiliki usaha warung kelontong. Hal ini dijelaskan oleh Kasat Reskrim Polresta Sleman, AKP Riski Adrian, dalam konferensi pers di Mapolresta Sleman pada Selasa (30/01/2024).
Peristiwa ini dimulai pada tahun 2020 ketika PSS Sleman mencari seorang dokter untuk tim mereka. Pada saat itu, tersangka mengajukan lamaran dan berhasil diterima.
Namun, kemudian terungkap bahwa ijazah yang ia gunakan ternyata palsu. Elwizar mengunduh ijazah dari Universitas Syah Kuala Banda Aceh dan mengeditnya.
"Dia download dia edit. Dimasukan diubah nama dan dimasukan fotonya," ungkap AKP Riski, melansir Kompas.com, Rabu (31/1/2024).
Bermodalkan ijazah palsu tersebut, tersangka Elwizan Aminudin melamar ke tim-tim sepak bola yang bermain di Liga Indonesia sebagai dokter tim
Elwizan Aminudin sudah pernah menjadi dokter tim beberapa klub sepak bola di Liga Indonesia antara lain Persita Tangerang, Barito Putra, Bali United, Madura United dan PSS Sleman.
Bahkan Elwizan Aminudin juga pernah menjadi dokter Timnas Indonesia U-19.
Selama menjadi dokter tim PSS Sleman, Elwizan Aminudin mendapatkan gaji Rp 15 Juta perbulan. Bahkan, Elwizan Aminudin juga pernah mendapatkan gaji termasuk bonus saat di PSS Sleman sebesar Rp 25 juta.
Saat menjadi dokter sejumlah tim sepak bola Liga Indonesia dan Timnas Indonesia U-19, pelaku mengandalkan Google untuk melakukan penanganan medis kepada setiap pemain yang mengalami cedera.
"Ya (penanganan medis) Dia hanya mempelajari dari google," beber AKP Riski.
Dia mengatakan pelaku melakukan aksinya dengan memalsukan ijazah dan menjadi dokter tim sepak bola karena motif ekonomi.
Nyaris Celakakan Kiper Timnas
Sebagai seorang yang menyamar sebagai dokter, Elwizan diketahui hampir membahayakan kiper timnas Indonesia, Ernando Ari.
Ernando Ari menyampaikan bahwa Elwizan Aminuddin pernah melarangnya untuk menjalani operasi. Meski demikian, Ernando tidak mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Amin dan memutuskan untuk tetap menjalani operasi.
Kiper Persebaya Surabaya tersebut juga mengakui bahwa keputusannya untuk tetap melakukan operasi telah tepat.
"Ya Allah, dulu (saya) hampir tidak jadi operasi gara-gara bapak ini (Elwizan Aminudin)," tulis Ernando Ari Sutaryadi di Instagram story-nya, Kamis (2/12/2021).
"Untung (saya) tidak pensiun dini. Semoga tidak terulang lagi," tambah Ernando Ari.
Sementara itu, salah satu dokter tim Borneo FC, Muhammad Yusuf Zulfikar, mengatakan, tindakan penipuan yang dilakukan Elwizan Aminuddin sangat berbahaya dan bisa berakibat fatal.
"Tindakan dokter gadungan atau Amin itu sangat tidak dibenarkan, karena ini menyangkut nyawa manusia, bukan bermain-main dengan mesin atau tanaman, ini adalah nyawa manusia,“ ujar Muhammad Yusuf Zulfikar, mengutip Kompas.com.
Dia juga meminta ada langkah hukum terhadap Elwizan Aminuddin yang sudah lama menjadi dokter gadungan ini.
"Ini sudah melanggar hukum, melanggar kode etik kedokteran dan juga hukum yang berlaku di Indonesia, karena ini pembohongan," ungkap Yusuf.
"Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, harus ada proses hukum. Karena ini menyangkut nyawa manusia yang dia tangani," tegasnya.
Sementara itu, dokter tim Arema FC Nanang Tri Wahyudi, SpKO mengatakan, kejadian ini disebabkan minimnya pengetahuan klub mengenai standar perekrutan berdasarkan tes kompetensi dan kualifikasi.
UOleh karena itu, Nanang mengusulkan solusi dengan mendirikan sebuah perhimpunan atau asosiasi khusus untuk dokter di bidang sepak bola, yang saat ini belum ada.
Rencananya, asosiasi ini dapat membantu tim untuk melakukan verifikasi dan meninjau rekam jejak dokter yang melamar posisi.
"Saya merupakan anggota PDSKO (Perhimpunan Dokter Spesialis Olahraga), jadi ini aman. Jika belum ada asosiasi dokter sepak bola, dari kasus ini bisa membentuknya untuk memastikan kualitas dokter tim," ucap dokter alumnus Program Spesialis Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.
Selain menangkap Elwizan, pihak kepolisian juga berhasil menyita sejumlah barang bukti, termasuk salinan palsu ijazah, salinan KTP, kontrak kerja, dan surat dari Universitas Syah Kuala Banda Aceh yang berkaitan dengan verifikasi keabsahan ijazah.
Akibat perbuatannya, tersangka Elwizan Aminudin dijerat dengan Pasal 263 KUHP yang berpotensi hukuman 6 tahun penjara atau Pasal 378 KUHP dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]