WahanaNews.co | Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Adian Napitupuku menyayangkan langkah Presiden Jokowi ketika sowan ke Rusia dan Ukraina pada Juli lalu jadi bahan tertawaan. Padahal, menurut dia, Jokowi sudah berusaha mati-matian untuk mencegah situasi seperti hari ini.
Demikian disampaikan Adian dalam Indonesia Lawyers Club yang membahas tema kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Dia heran dengan pihak yang menertawakan ikhtiar Jokowi saat ke Rusia Ukraina.
Baca Juga:
Bikin Rontok Subsidi BBM, Ini Dampak Perang Iran Vs Israel ke RI
"Bulan Juli lalu Presiden kita sudah berusaha mati-matian untuk mencegah situasi hari ini. Tapi, itu ditertawakan banyak orang. Ketika dia datang ke Ukraina, datang ke Rusia, dia ditertawakan banyak orang. Dicaci maki, dihina apa manfaatnya dan sebagainya," kata Adian, dikutip pada Senin, 12 September 2022.
Menurut Adian, kedatangan Jokowi ke Rusia Ukraina saat itu untuk mencegah situasi hari ini yaitu agar harga minyak dan energi dunia tidak naik.
"Tapi, niat baik itu pun masih jadi bahan tertawaan dan hinaan orang. Tidak papa," tutur Anggota DPR tersebut.
Baca Juga:
Harga BBM Turun di Musim Mudik Lebaran, Ini Daftarnya
Meski demikian, ia bilang jika dianggap tak berhasil mendamaikan Rusia Ukraina sehingga dampaknya harus dirasakan sekarang maka bukan berarti niat baik itu hilang dari Jokowi.
Kemudian, Adian juga merespons banyak orang yang menganggap pemerintahan Jokowi tega dan kejam lantaran menaikkan harga BBM. Dia menyinggung dengan perbandingan kenaikan harga BBM di era pemerintahan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurut hitungan Adian, era Presiden Jokowi menaikkan BBM dalam 8 tahun pemerintahannya, tak lebih dari di kisaran angka Rp 3.350 sampai Rp 3.500.
"Sementara sebelumnya, 10 tahun pertama naiknya Rp 4.690. Lebih tinggi Rp 1.190, seharusnya situasi saat itu lebih berat dibandingkan hari ini secara ekonomi," ujar Adian.
Namun, bagi Adian tak masalah jika banyak orang lupa terhadap masa lalu. Dia bilang hal itu memang problem bangsa Indonesia dari dulu melawan lupa.
"Lupa terhadap kejahatan negara, terhadap kekerasan, juga lupa terhadap kebijakan yang dilakukan dulu," lanjut Adian.
Dia menyindir ada pihak yang dulu senang dengan kenaikan BBM di era pemerintahan sebelumnya. Tapi, sekarang gencar menolak.
"Sehingga kemudian menjadi lucu menurut saya ada dulu yang senang sekali bisa naik Rp 4.690 tapi menolak dengan kenaikan cuma Rp 3.500 dalam sekian tahun," ujar Adian. [qnt]