Sebagai contoh ia menyebut, bagaimana di Jepang dan Korea Selatan, meski tak memiliki sumber biomassa memadai, namun bisa menjalankan program dengan melakukan impor serta didukung oleh kebijakan negara itu.
“Amerika Utara, Brazil dan Australia tidak melakukannya karena dukungan pemerintah tidak memadai. Jadi catatannya bisa berjalan jika ada dukungan kebijakan dan insentif,” pungkasnya.
Baca Juga:
Keandalan Listrik Bali Kelas Dunia dan Jarang Alami Gangguan, ALPERKLINAS Sebut 'Blackout Listrik Bali' Bukan Human Error
Sementara itu, PT PLN (Persero) terus menunjukkan komitmen untuk meningkatkan porsi energi bersih dan menuju carbon neutral pada 2060 mendatang.
Setelah menerapkan langkah co-firing dengan memadukan porsi biomassa pada PLTU yang dimiliki, kini PLN melibatkan peran serta masyarakat untuk agenda transisi energi ini.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan menyebutkan bahwa kondisi saat ini dengan pemanasan global, ada potensi masa depan menjadi suram bila tak ada upaya bersama untuk mencegahnya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Sebut 'Power Wheeling' Momok Buat Konsumen Listrik di Indonesia
Ia menjelaskan bahwa dalam setiap Kwh listrik yang dihasilkan mengandung emisi karbon yang perlu dikendalikan.
Sementara pada sisi lain, menurutnya, PLN memiliki aset PLTU yang banyak mengandalkan batubara sehingga muncul ide pengurangan emisi lewat co-firing selain opsi melakukan pensiun dini atas aset tersebut.
Dari pembangkitan batubara disebut menghasilkan emisi karbon 1kg untuk setiap Kwh yang dihasilkan.