WahanaNews.co | Anggota Komisi I DPR dari Fraksi NasDem Muhammad Farhan mengkritik Kementerian Pertahanan (Kemhan) soal utang dalam proyek kerja sama pengembangan jet tempur Korea Fighter X (KFX) dan Indonesia Fighter X (IFX) bersama Korea Selatan.
Menurut Farhan, tunggakan yang ada dalam proyek itu menunjukkan Kemhan tidak memiliki program riset dan pengembangan, sehingga lebih memprioritaskan membeli alutsista langsung.
Baca Juga:
Menuju Solo, Presiden RI ke-7 Jokowi Dikawal Delapan Pesawat Tempur TNI AU
"Kasus KFX/IFX menunjukkan bahwa Kemenhan tidak memiliki program riset dan pengembangan. Maka KFX/IFX tidak menjadi prioritas. Kemenhan memilih membeli alutsista, karena lebih murah dan lebih mudah mendapatkannya," kata Farhan saat dihubungi, Selasa (18/07/23).
Farhan mengatakan ada dua pilihan yang bisa diambil pemerintah dalam proyek ini. Pertama, jika ingin menarik diri, akan ada penalti finansial dan Indonesia tidak akan dapat akses pada hasil litbang KFX/IFX.
"Kedua, jika mau melanjutkan, maka keikutsertaan di KFX/IFX harus disesuaikan dengan postur dan orientasi alutsista Minimum Essesntial Force 2024.
Artinya keputusan 100 persen ada di Kemenhan," katanya.
Baca Juga:
Lanud Sjamsudin Noor Banjarmasin Bagikan 25 Kaki Palsu Sambut Hari Bakti TNI AU
Pekan lalu, Presiden Jokowi sempat menyorot soal utang dalam proyek itu. Jokowi mengaku akan mengecek ke Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Mengenai KFX, nanti saya tanyakan ke Menteri Keuangan statusnya sampai di mana," kata Jokowi usai peresmian Tol Cisumdawu, Sumedang, Selasa (11/7).
Indonesia menjalin kerja sama dengan Korea Selatan dalam pengembangan jet tempur KFX/IFX. Dua negara bersepakat dalam proyek US$8 miliar atau Rp121,35 triliun.
Dalam proyek itu, Indonesia akan mendapatkan transfer teknologi jet tempur. Proyek itu diperkirakan akan memproduksi 120 unit jet tempur untuk Korsel dan 48 unit jet tempur untuk Indonesia. Sesuai kesepakatan, RI menanggung 20 persen pembayaran.
Dubes RI untuk Korsel, Gandi Sulistyo sebelumnya mengatakan proyek kolaborasi antara kedua negara terus berlanjut setelah sempat mandek selama beberapa tahun.
Gandi mengatakan pemerintah bahkan telah menempatkan dua pilot Indonesia di Negeri Ginseng untuk menjalani uji terbang dan kelayakan sebelum jet tempur ini diproduksi massal.
"Indonesia telah menempatkan dua tes pilot dari TNI AU --dari 4 yang disiapkan-- yang bergabung dengan 32 engineer PTDI [PT Dirgantara Indonesia] yang tergabung dalam program KF-21/IFX ini," kata Gandi.[eta]