WAHANANEWS.CO, Jakarta - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Lestari Moerdijat, menyatakan dukungannya terhadap upaya perbaikan gizi bagi seluruh anak-anak Indonesia melalui pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan.
Ia menilai bahwa pembangunan ekosistem gizi yang utuh dan terpadu merupakan langkah strategis dalam mewujudkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas.
Baca Juga:
Ormas Minta Rp 5 Miliar untuk Tinggalkan Lahan BMKG, Ahmad Muzani: Gangguan Serius
Menurut Lestari, upaya pemenuhan kebutuhan gizi tidak boleh hanya dilakukan secara parsial atau bersifat sementara.
Pendekatan yang berorientasi jangka panjang sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan kompetitif di masa depan.
"Perbaikan gizi anak bangsa secara menyeluruh harus menjadi perspektif baru. Sehingga tidak sekadar upaya intervensi jangka pendek semata untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang tangguh," kata Lestari dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/6/2025).
Baca Juga:
Buka Konferensi Ke-19 PUIC, Prabowo Serukan Persatuan Parlemen Dunia Islam
Ia menambahkan bahwa pembangunan ekosistem perbaikan gizi harus dilakukan melalui berbagai pendekatan yang saling terintegrasi.
Mulai dari memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat, melakukan skrining gizi secara dini untuk mendeteksi potensi kekurangan nutrisi, hingga memastikan keterjangkauan dan ketersediaan pangan bergizi di semua lapisan masyarakat.
Tak hanya itu, Lestari juga menekankan pentingnya intervensi berbasis sains sebagai fondasi dari kebijakan dan program perbaikan gizi yang diterapkan.
Ia menilai bahwa pendekatan berbasis data dan penelitian ilmiah akan meningkatkan efektivitas intervensi yang dilakukan.
"Tentu saja, upaya membangun kebiasaan tersebut harus mendapat dukungan. Upaya tersebut perlu dukungan dari semua pihak yang terkait," ucapnya menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menyukseskan agenda perbaikan gizi nasional.
Di sisi lain, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) sebelumnya merilis hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2025.
Berdasarkan survei tersebut, tercatat bahwa prevalensi stunting secara nasional mengalami penurunan dari 21,5 persen pada tahun 2023 menjadi 19,8 persen di tahun ini.
Angka ini menunjukkan adanya tren positif dalam upaya penanggulangan stunting di Indonesia, meskipun masih diperlukan kerja keras untuk mencapai target yang lebih rendah.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]