WahanaNews.co | Warga relokasi kolong Tol Angke, Desi Lapitaloka (23), mengaku bahagia tinggal di Rumah Susun (Rusun) Lokbin Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat.
Desi yang telah menempati Tower D lantai 15 nomor 11 itu mengaku merasa bahagia karena tempat tinggal di rusun jauh lebih layak dibanding tinggal di kolong tol.
Baca Juga:
Pemkot Jakbar Dukung Program Presiden Prabowo Tak Ada Lagi Warga Jakarta Tinggal di Kolong Tol dan Jembatan
“Saya bahagia dan senang tinggal di sini karena tempatnya jauh lebih layak dibanding di kolong tol,” kata Desi kepada WahanaNews.co, Senin (2/12/2024).
Desi mengaku sudah tinggal di kolong Tol Angke selama 23 tahun bersama kedua anaknya. Satu anaknya bahkan telah mempunyai anak selama tinggal di kolong Tol Angke.
“Tinggal di sana sudah 23 tahun. Anak saya dua, satu sudah punya anak,” ujarnya.
Baca Juga:
4 Menteri Serahkan Kunci Rusun Rawa Buaya kepada Warga Relokasi Kolong Tol Angke
Selain sebagai ibu rumah tangga (IRT), Desi bekerja sebagai ojek online untuk menghidupi kebutuhan keluarganya.
Dia berharap dapat berdagang kopi dan mie instant melalui kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setelah tinggal di rusun.
“Saya pengen dagang kopi dan mie instan gitu biar saya bisa sambil jaga anak-anak juga,” harapnya semoga betah tinggal di rusun biar tidak kembali lagi ke kolong tol.
Desi berterima kasih kepada Presiden Prabowo dan kementerian terkait karena telah memindahkan kami ke tempat yang lebih layak di rusun ini.
“Terima kasih kepada Presiden Prabowo, PJ Gubernur DKI Jakarta dan Wali Kota Jakarta Barat,” pungkasnya.
Senada Ningsih (43), warga yang telah tinggal di Tower B lantai 11 nomor 5 merasa senang karena dapat tempat yang layak dari tempat sebelumnya di kolong tol.
Ningsih dan keluarga tinggal di Rusun Rawa Buaya Tower B lantai 11 nomor 5. (Foto: WahanaNews/Tio)
Ningsih mengaku sudah tinggal selama 10 tahun di kolong Tol Angke bersama suami dan 4 orang anaknya.
“Saya sudah 10 tahun tinggal di kolong tol itu bersama suami dan 4 orang anakku,” kata Ningsih yang kesehariannya membantu suami berjualan kopi di kolong tol.
Ningsih mengaku saat digusur, pemerintah telah menyiapkan tempat yang layak untuk keluarganya dan warga lainnya.
“Sebelumnya kami sudah pernah digusur, tapi tidak sesuai harapan. Kali ini digusur dengan memanusiakan kami yaitu menyediakan tempat yang layak untuk kami,” ujarnya.
Dia berharap tinggal di rusun akan membawa banyak perubahan untuk keluarganya.
Meski mendapat bantuan sewa gratis selama enam bulan, ia berharap segera mendapat pelatihan usaha dan bimbingan dari pemerintah sehingga biaya keluarga selanjutnya dapat ditutupi dari usaha tersebut.
“Saya dan suami bisa berjualan kopi lagi untuk membiayai hidup kami selanjutnya di rusun ini,” pungkasnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]