WahanaNews.co | Bandara Soekarno-Hatta akan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik terhadap seluruh penumpang baik yang datang atau yang berangkat. Hal itu dilakukan untuk Mengantisipasi penyebaran cacar monyet, Pemeriksaan fisik itu akan mewajibkan penumpang untuk membuka masker sesaat di Security Check Point (SCP) 2 oleh petugas Aviation Security (Avsec).
"Masa pandemi biasanya kan menggunakan masker, ini penumpang diminta oleh petugas kami di SCP 2 untuk membuka masker (sesaat) untuk melihat ciri ruam yang ada di wajah, terutama bawah bibir. Jadi kami melihat secara fisik untuk memeriksa penumpang tersebut," kata Senior Manager Of Branch Communication & Legal Bandara Soekarno-Hatta, M Holik Muardi pada Minggu (28/8/2022).
Baca Juga:
Israel Meretas Menara Kendali Bandara Internasional Beirut, Keluarkan Ancaman
Untuk mencegah penyebaran cacar monyet itu, pihak Bandara Soekarno-Hatta juga berkoordinasi denga dengan seluruh maskapai dan kantor kesehatan pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta.
"Jadi terkait Monkeypox, kami di Bandara Soekarno-Hatta selaku pengelola juga berkoordinasi dengan KKP dan stakeholder lainnya untuk memperketat area masuk dan keluar baik di domestik maupun internasional," jelas Holik.
Selain itu, PT Angkasa Pura II juga masifkan sosialisasi mengenai ciri monkeypox di setiap Terminal Penumpang. Hampir di seluruh digital banner yang mudah ditemui pengguna jasa ditampilkan ciri monkeypox.
Baca Juga:
Kejar Target HUT RI, Pembangunan Bandara VVIP di IKN Dipacu dengan Dana Rp 4,2 T
"Thermal scanner juga dioperasikan penuh untuk mendeteksi suhu (penumpang). Karena salah satu ciri monkeypox itu adalah suhu tubuh yang tinggi," terangnya.
Sementara itu, Kepala KKP Kelas I Bandara Soekarno-Hatta mengatakan bahwa tujuan pemeriksaan fisik itu dilakukan untuk melihat adakah bintik merah di area wajah, tangan dan leher penumpang tersebut. Begitu juga dengan petugas maskapai, yang diimbau melakukan screening serupa.
"Di tiap terminal Bandara Soetta disediakan klinik dengan ruang isolasi sementara, nanti akan dibawa kesana. Untuk kemudian mengisi form gejala yang dirasakan pasien, untuk kemudian dibawa ke rumah sakit yang sudah berkordinasi dengan kami, untuk penanganan lebih lanjut," tutur dr Koko.