WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kondisi iklim global kian mengkhawatirkan, dan para ahli mengingatkan bahwa dunia tengah melaju menuju titik krisis. Perubahan iklim bukan lagi isu masa depan, tetapi kini menjadi ancaman nyata yang menghantui kehidupan manusia sehari-hari.
Laporan terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mempertegas urgensi tersebut.
Baca Juga:
BMKG: Musim Kemarau Mulai Meluas, Tapi Hujan dan Angin Kencang Masih Mengintai
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengeluarkan peringatan tegas bahwa suhu global pada tahun 2024 telah mencapai 1,55 derajat Celsius di atas tingkat praindustri.
Angka ini melampaui batas aman yang disepakati secara global dalam Perjanjian Paris, menandakan bahwa dunia telah melangkah melewati ambang kritis.
“Ini bukan sekadar persoalan cuaca panas yang tak tertahankan, tetapi merupakan sinyal keras bahwa krisis iklim sedang berlangsung dan mengancam keselamatan manusia serta kesehatan publik,” ungkap Dwikorita dalam pernyataannya di Forum Inovasi Climate Smart Indonesia, yang diselenggarakan di Jakarta pada Selasa (6/5/2025).
Baca Juga:
Fenomena Bulan Ganda Picu Rob, BMKG Rilis Daftar Wilayah Pesisir yang Terancam
Pernyataan itu juga dipublikasikan melalui akun resmi Instagram BMKG.
BMKG juga mencatat bahwa suhu rata-rata nasional Indonesia selama tahun 2024 menembus rekor tertinggi, yakni 27,52 derajat Celsius.
Menurut Dwikorita, lonjakan suhu ini tidak hanya berdampak pada kondisi fisik lingkungan, tetapi juga membawa konsekuensi serius bagi kesehatan masyarakat.
“Dalam kurun waktu 30 hingga 40 tahun terakhir, peningkatan suhu berlangsung jauh lebih cepat dibandingkan perubahan iklim yang menyebabkan kepunahan massal di masa purba. Perubahan yang ekstrem ini tidak hanya memicu kejadian cuaca yang tak menentu, tetapi juga berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit menular, memperparah kondisi malnutrisi, memicu gangguan kesehatan mental, serta menciptakan krisis pangan dan kekurangan air bersih di berbagai wilayah,” jelasnya lebih lanjut.
Sebagai langkah mitigasi dan adaptasi, BMKG kini bekerja sama dengan sejumlah institusi seperti KORIKA, Kementerian Kesehatan, IMACS, dan Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI) untuk mengembangkan sistem peringatan dini berbasis kecerdasan buatan (AI).
Salah satu inisiatif unggulannya adalah platform DBDKlim, yang dirancang khusus untuk memprediksi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui pendekatan iklim.
Kolaborasi ini menjadi bagian dari strategi nasional dalam merespons tantangan krisis iklim secara cerdas, terukur, dan berbasis teknologi.
BMKG menekankan bahwa tanpa upaya kolektif yang terintegrasi, dampak dari perubahan iklim akan semakin sulit dikendalikan dan mengancam seluruh aspek kehidupan manusia.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]