WahanaNews.co | Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa beras impor yang telah masuk ke Indonesia hingga kini mencapai 300 ribu ton dari target 500 ribu ton.
Sisa beras impor disebut sedang dalam perjalanan dan paling lama masuk ke Indonesia pada 15 Februari mendatang.
Baca Juga:
Tak Terima Dipecat, Untung Gugat Buwas ke PTUN
"Impor yang sudah masuk 300 (ribu) lebih dari 500 (ribu), sisanya ini sekarang di lautan dan pelabuhan, tunggu bongkar. Sebenarnya sudah diprioritaskan hanya karena cuaca, kalau enggak berasnya bisa rusak" ujar Budi di Kantor Pusat Bulog, Jakarta Selatan, Kamis (3/2).
Beras impor tersebut berasal dari Vietnam, Thailand, Pakistan dan Myanmar. Beras tersebut digunakan untuk memenuhi Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga akhir tahun lalu yang ditargetkan minimal 1 juta ton.
Dilansir dari CNN, Budi menjelaskan target CBP rencananya dipenuhi dengan 500 ribu beras dalam negeri dan beras impor 500 ribu ton.
Baca Juga:
Harga Beras Merangkak Naik, Ini Langkah Bulog
Sementara itu, Bulog ditugaskan memenuhi target CBP tahun ini sebanyak 2,4 juta ton. Untuk memenuhi target itu, Buwas mengatakan pihaknya akan memenuhi dengan beras dalam negeri.
Penyerapan beras produksi dalam negeri akan dioptimalkan saat musim panen raya pada Maret mendatang.
"Kita akan mengutamakan produk dalam negeri yang oleh prediksi baik oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dan Kementan (Kementerian Pertanian) bahwasanya mulai Februari pertengahan sudah mulai ada panen di beberapa wilayah, tapi mulai panen start-nya itu yang dianggap panen raya mulainya Maret," ujar Budi.
Bulog menargetkan saat panen raya nanti bisa menyerap gabah untuk memenuhi 70 persen target CBP tahun ini dan kemudian sisanya diharapkan dapat dipenuhi saat panen gadu.
Buwas menambahkan petani nantinya tidak lagi perlu menjual gabah kering giling (GKG) ke Bulog, tetapi cukup gabah kering panen (GKP). Nantinya, GKG diolah di infrastruktur milik Bulog dari mulai pengeringan hingga diolah menjadi beras.
"Harapan saya tentunya kita akan membuat beras sendiri dengan harga yang murah," ujar Budi. [ast]