WahanaNews.co | Insiden penumpang KRL terjatuh di celah peron terus berulang.
Kali ini menimpa seorang lansia berusia 67 tahun bernama Salatun.
Baca Juga:
Nyaris Tergilas Kereta, Ini Detik-detik Wanita Terjatuh ke Area KRL Stasiun Manggarai
Peristiwa ini menjadi viral, usai putra Salatun, Arif Febriyanto (36), membagikan cerita saat ayahnya terjatuh di celah peron.
Semula, Salatun bersama Arif hendak naik KA 4324 dari Stasiun Tebet dengan tujuan Bogor.
Arif bercerita, bapaknya merupakan pasien yang tengah menjalani pengobatan kanker paru.
Baca Juga:
Viral Turis AS Takjub Lihat KRL Jakarta, Singgung Stasiun New York yang Jorok
Di hari biasa, Salatun kerap menggunakan kursi roda. Namun kali ini Salatun memilih berjalan.
"Bapak saya lansia usia 67 tahun, tidak kuat saat naik ke kereta karena peron sangat rendah dibanding kereta," ujar Arif dilansir dari detikcom, Rabu (25/1).
Salatun Terjatuh
Karena posisi kereta yang terlalu tinggi ketimbang peron, membuat Salatun terjatuh di celah peron. Menurut Arif, bapaknya langsung pucat dan lemas.
"Kaki sakit dan badan sakit semua karena tulang kaki tertekuk bodi kereta," kata Arif.
Setelah itu, petugas dan sejumlah penumpang turut membantu menyelamatkan Salatun. Dengan adanya kejadian ini, Arif berharap semua stasiun di Tanah Air ramah lansia dan difabel.
"(KCI Commuter) Evaluasi berkala ketika batu ballast di bawah rel ditinggikan, maka peron juga harus ditinggikan. Di Stasiun Tebet dahulu tidak setinggi itu. Karena sering banjir, maka batu ballast ditambah berkala tetapi peron tidak pernah disesuaikan," terang Arif.
Terkait kejadian ini, KAI Commuter telah merespons cuitan Arif. KAI Commuter meminta maaf atas insiden tersebut.
"Kami mohon maaf dan turut prihatin atas kejadian tersebut. Perihal jarak antara peron dengan kereta di Stasiun Tebet tersebut menjadi evaluasi kami ke depannya," tulis akun Twitter KAI Commuter.
Di kesempatan yang berbeda, Manager External Relations & Corporate Image Care KAI Commuter, Leza Arlan, mengatakan perbedaan tinggi dan celah peron sudah menjadi perhatian khusus KAI Commuter.
"KAI Commuter juga secara bertahap menambahkan fasilitas bancik atau tangga portabel untuk mengatasi kendala tersebut," tutur Leza.
Leza menambahkan, beberapa waktu lalu, di Stasiun Kampung Bandan, yang merupakan stasiun transit, KAI Commuter menambahkan bancik di peron 5 dan 6 stasiun untuk membantu naik dan turun penumpang karena terdapat jarak celah peron dengan pintu commuter line dan saat ini progres pekerjaan bancik masih dilakukan diantaranya di Stasiun Tenjo, Stasiun Kemayoran, Stasiun Pasar Senen.
"Pada tahun ini, KAI Commuter juga memprogramkan peninggian peron pada stasiun Lintas Serpong, Stasiun Kebayoran, Stasiun Cisauk, Peron 1 Stasiun Kampung Bandan, dan Stasiun Jambu Baru. Peninggian peron ini juga paralel dengan penambahan ballast atau batu kricak di jalur rel," tambah Leza.
Dengan penambahan batu ballast, mengakibatkan jalur rel mengalami peninggian.
Penambahan batu ballast ini juga dilakukan untuk memastikan keselamatan perjalan kereta dan memastikan batas tinggi aman antara jalur rel dan kabel listrik aliran atas (LAA) sesuai.
Leza mengimbau seluruh pengguna commuter line di area peron untuk mendahulukan penumpang yang hendak keluar dari kereta.
"Kami juga mengimbau kepada pengguna untuk tidak memaksakan diri untuk naik jika kondisi commuter line sudah terlalu penuh," lanjutnya.
Berulang
Sebelumnya, seorang penumpang KRL juga terjatuh dan masuk ke celah peron di Stasiun Sudirman pada Rabu (18/1) sore.
Penumpang tersebut lalu dievakuasi dengan bantuan petugas dan penumpang lain.
Kondisi celah peron yang tinggi ini sempat dikeluhkan anak kereta (anker). Sebab, peristiwa penumpang terjatuh ke celah peron bukan sekali-dua kali terjadi. [rgo]