WahanaNews.co | Pemerintah Indonesia telah menerapkan pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) sebanyak dua kali selama masa pandemi Covid-19.
Hingga saat ini pun, seperti diketahui, PSBB Transisi masih tetap berjalan.
Jika
ditelisik, penerapan PSBB tersebut bisa dibilang tidak berdampak signifikan
terhadap penurunan kasus positif Covid-19.
Baca Juga:
COVID-19 Ngamuk di India, Kasus Melonjak Ribuan Persen dalam 3 Minggu
Ekonom senior, Chatib
Basri, pun menilai kebijakan PSBB pemerintah bersifat bias,
baik terhadap kelompok mayarakat menengah ke atas maupun menengah ke bawah.
Pasalnya,
ketika PSBB diterapkan, masyarakat kelas menengah ke atas bisa tetap tinggal di
rumah tanpa harus bekerja karena memiliki tabungan yang cukup. Sebaliknya,
masyarakat kelas menengah ke bawah tetap harus keluar rumah dan bekerja.
"PSBB tidak akan bisa dijalankan kecuali kelas menengah ke bawah
dikasih bantuan langsung tunai," katanya, dalam webinar Economic Outlook 2021 : Menebak Arah Ekonomi
2021, Peluang, dan Tantangan, Rabu (11/11/2020).
Baca Juga:
Korupsi Pengadaan APD: Eks Pejabat Kemenkes dan Dua Direktur Dipenjara
Hal ini
juga tercermin dari perubahan perilaku belanja dari kedua kelompok masyarakat
tersebut.
Chatib
menjelaskan, berdasarkan studi yang dilakukannya, konsumsi dari kelompok
masyarakat kelas menengah ke atas selama pandemi ini menurun ke level 69,7
persen, dari batas normal 100 persen.
Masyarakat
kelas ini cenderung menahan belanja untuk barang-barang yang tergolong tersier.
Sehingga, jika dipaksa untuk tetap tinggal di rumah, kebutuhan mereka akan
menurun, ini juga menjelaskan transaksi pada kartu kredit menurun.
Sementara,
konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah tetap tinggi, sebesar 84,2 persen,
dari batas normal 100 persen. Namun, barang-barang yang dibelanjakan, yaitu
untuk kebutuhan sehari-hari.
Alhasil,
meski masyarakat menengah ke bawah tetap berbelanja, konsumsi secara
keseluruhan tetap anjlok, karena porsi konsumsi masyarakat kelas ini kecil
terhadap PDB Indonesia. Berbeda dengan kelompok menengah ke atas yang memgang
porsi yang besar.
"Itu
kenapa India dan Indonesia tidak sukses PSBB. Kelas menengah ke bawah belanja, tapipurchasing
power-nya lemah," jelasnya. [qnt]