Negara, tegas
Mukhtasor, harus mengambil peran kepemimpinan dan terdepan dalam transisi
energi dengan mengintegrasikannya lewat transisi industri nasional di bidang
EBT di dalam negeri. "Saya tidak ingin solusinya parsial yang akan
memberatkan negara. solusinya harus komprehensif dengan cara rantai pasok
diperkuat karena sudah ada tinggal nanti business to business," ungkapnya.
Menurut
Mukhtasor, jika pemerintah memberikan kompensasi atau insentif, jangan
diberikan di hilir, namun di hulu. Caranya dengan menurunkan biaya modal. Di
hulu industri pemasok PLTS diberikan kompensasi, akhirnya kalau pasang PLTS
Atap harganya lebih murah dan PLN tidak akan terganggu.
Baca Juga:
Menkeu Sri Mulyani Sebut Pembangunan IKN Habiskan Rp72,1 Triliun dari APBN
Sementara,
Kepala Ekonom The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip menekankan soal
kondisi pasokan listrik di Jawa dan Bali yang sudah kelebihan pasokan. Gagasan
baru dengan mengembangkan EBT melalui PLTS Atap, tegas dia, harus
diperhitungkan kondisi kelebihan pasokan yang terjadi saat ini.
"Jangan
sampai pengembangan masif PLTS Atap malah membebani PLN dan keuangan negara.
Yang menjadi catatan bahwa sebenarnya target rencana induk energi disusun
dengan asumsi yang optimistis, padahal realisasinya kita tidak selalu mengalami
pertumbuhan ekonomi sampai 7%," ujarnya.
Pada kesempatan
itu, Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian
ESDM Chrisnawan Aditya mengatakan, prinsip yang dipegang pemerintah sebagai
regulator adalah harus imbang. "Bahwa regulasi itu tidak bisa memuaskan
semua pihak, ketika timbangan lebih berat ke utility, akan ada reaksi dari
pihak lain," ujarnya.
Baca Juga:
Paparkan Realisasi Pembiayaan hingga Maret 2024, Sri Mulyani: Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu
Dia juga menyanggah
bahwa revisi Permen ESDM soal PLTS Atap mendorong harga ekspor-impor listrik
akan naik dari 65% ke 100%. "PLTS Atap tidak untuk diperjualbelikan, yang
kita tingkatkan adalah nilai ekspornya," kata dia.
Menurut dia,
berdasarkan survei, nilai ekspor dari PLTS Atap adalah 20% lalu dikalikan 100%.
Pengguna PLTS Atap pasti akan menggunakan untuk sendiri lebih dulu, sisanya
diekspor. "Apakah nanti pendapatan PLN berkurang, sudah kami lakukan
kajian. Memang pendapatan PLN akan turun," kata dia. [rin]