WahanaNews.co | Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Riau menyebutkan terjadi penurunan produksi migas di daerah yang kerap disebut Bumi Melayu Lancang Kuning itu.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Energi dan Energi Terbarukan, Dinas Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) Provinsi Riau Baharufahmi.
Baca Juga:
Indonesia Siap Ekspor Bahan Baku Baterai Mobil Tesla Mulai Januari 2025
Baharufahmi menjelaskan, kondisi di lapangan yang menunjukkan penurunan produksi migas itu mendorong diperlukan cadangan gas yang baru melalui rangkaian studi dan kegiatan pengembangan di lapangan.
Saat ini, kata Baharufahmi, Riau masih bergantung dari kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas selain menjadi sumber pendapatan daerah, tetapi juga menjadi motor penggerak perekonomian daerah.
60 Persen sumur gas nasional ada di Riau
Baca Juga:
Irjen Pol Sumadi Kembali Bawa Pulang Piala Bergilir Turnamen Golf Gatrik IKAPELEB KESDM 2024
Berdasarkan penyampaian rencana kerja tahun 2022, dari total 890 sumur-sumur gas nasional, 540 sumur atau 60 persennya di antaranya berada di Provinsi Riau.
"Ditambah lagi dengan studi seismik yang dilakukan oleh K3S khususnya Pertamina Hulu Rokan ini bertujuan meningkatkan target atau mempertahankan capaian produksi atau lifting migas di Indonesia," katanya di sela-sela Seminar Nasional Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengda Riau di Pekanbaru, Sabtu (10/12/2022).
Ia memaparkan saat ini di Provinsi Riau terdapat 11 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang produktif memproduksi 182.000 barel minyak dan menghasilkan 90 juta gas Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCF).
Sebelas KKKS itu menyumbang 30 persen lifting nasional.
Tapi di lapangan terdapat permasalahan yang menjadi tanggung jawab bersama, salah satunya penurunan alamiah produksi migas.
Berdasarkan data triwulan III, pada tahun 2022 modifikasi lifting migas di Provinsi Riau hanya mencapai 65 persen dari target APBN 2022.
"Kemungkinan diprediksi sampai akhir tahun 2022 hanya 85 persen (capaian produksi dari target APBN)," ucap Baharufahmi. [ast]