WahanaNews.co | Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan,
menilai, PT PLN (Persero) perlu melakukan skala prioritas proyek
dan renegosiasi dengan produsen listrik swasta untuk menjaga kinerja
keuangannya di tengah perlambatan pertumbuhan konsumsi listrik.
Sepanjang
semester I/2021, PLN berhasil membukukan laba periode berjalan yang
diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 6,6 triliun.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Capaian
ini melonjak 2.525,48 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang
hanya mencapai Rp 251,6 miliar.
Namun,
Mamit berpendapat, lonjakan laba tersebut lebih banyak ditopang oleh adanya
pendapatan kompensasi dari pemerintah, sedangkan pendapatan penjualan listrik
tidak mengalami pertumbuhan signifikan.
"Untuk
menjaga kinerja keuangan mereka, PLN harus tetap melakukan efisiensi. PLN harus
bisa lakukan skala prioritas proyek yang mereka lakukan. Saya lihat ini masih
jadi beban besar untuk beban usaha, ini harus diperhatikan proyek yang memang
penting dan kira-kira masih bisa ditunda," ujar Mamit kepada wartawan,
Kamis (29/7/2021).
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Tidak
kalah penting, kata Mamit, PLN perlu melakukan renegosiasi dengan produsen
listrik swasta (independent power
producer/IPP) terkait skema jual beli listrik.
Renegosiasi
diperlukan mengingat adanya peningkatan beban pembelian tenaga listrik dari
swasta sepanjang paruh pertama ini.
"Memang
agak sulit negosiasi dengan IPP. Tapi sebisa mungkin bagaimana ini bisa
dilakukan negosiasi, kira-kira seperti apa solusinya di tengah pertumbuhan
konsumsi listrik yang tidak banyak tetapi di sisi lain pembelian listrik swasta
ini harus tetap berjalan," katanya.
Selain
itu, guna meningkatkan konsumsi listrik, PLN perlu lebih gencar melakukan
promosi-promosi terkait tambah daya dan penggunaan kompor listrik, serta
mendorong penggunaan kendaraan listrik.
Di
sisi lain, Mamit mengatakan, dengan kondisi surplus pasokan listrik saat ini, PLN juga
harus bisa lebih kreatif untuk menciptakan pasar baru, seperti menyasar
industri smelter atau ekspansi ke luar negeri.
"Ekspor
listrik ke Malaysia, Timor Leste, bisa menjadi peluang. Selain itu, saya kira sekarang ini
banyak pembangunan kawasan industri atau smelter di Sulawesi, ini bisa
dijadikan pasar tersendiri yang dioptimalkan," tuturnya. [qnt]