WahanaNews.co | Mantan Kapolri, Jenderal (Purn) Timur Pradopo, menjadi satu-satunya
jenderal polisi yang paling beruntung.
Dia dicatat sejarah lantaran mendapat
empat bintang jenderal dalam waktu satu hari. Peristiwa ini terjadi saat
kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca Juga:
MTQ Tingkat Provinsi Sumut ke-39 Dibuka, Harumkan Nama Sumatera Utara di MTQ Nasional
Penunjukan Timur menjadi Kapolri pun tak
disangka-sangka. Padahal masih ada jenderal bintang tiga yang siap melenggang
kursi Tri Brata (TB) 1, di antaranyaKomjen (Pol) Nanan Sukarna yang
menjabat Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) dan Komjen (Pol) Imam Sudjarwo
Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan Polri.
SBY nampaknya tidak
tertarik dengan dua kandidat yang diajukan Kompolnas untuk menjadi Kapolri. Ada
yang spesial di Timur sehingga SBY tak melirik dua Jendral bintang tiga itu.
SBY diam-diam memilih Timur yang saat itu secara pangkat masih menjadi Irjen
dan menjabat Kapolda Metro Jaya. Hak prerogatif sebagai Presiden SBY diambil.
Cara instan dipakai. Timur dimutasi menjadiKepala Badan Pemeliharaan
Keamanan (Baharkam) dan langsung mendapat pangkat Komjen alias bintang 3 di
pundaknya.
Selang
beberapa hari setelah pelantikan Timur menjadi Kabaharkam, Kapolri Bambang
Hendarso Danuri (BHD) pensiun. SBY langsung menunjuk Timur menjadi calon
tunggal Kapolri. Selepas naik menjadi Komjen atau bintang tiga pada 4
Oktober 2010, Timur Pradopo naik jadi bintang empat pada 22 Oktober.
Baca Juga:
Bupati Samosir Ungkap Peluang Investasi Meningkat di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
Rentetan
peristiwa fenomenal ini terjadi pada 22 Oktober 2010 silam. Senin siang 22
Oktober itu Timur dilantik menjadi Kabaharkam dan dapat bintang tiga, malam
harinyaSBY ternyata mengajukan nama Komjen Timur Pradopo sebagai calon
Kapolri kepada DPR. Artinya, pada malam itu juga, secara tak resmi Timur sudah
menyandang gelar jenderal atau berbintang empat. Oleh sebab itulah, muncul
ungkapan "pagi bintang dua, siang bintang tiga, dan malam
bintang empat".
Di
samping kariernya yang moncer, Timur yang lahir di Jombang, 10 Januari 1956 itu
tercacat sebagai Satu-satunya jenderal polisi yang bekerjasama dengan Front
Pembela Islam (FPI) untuk membantu
menjaga keamanan Jakarta. Keputusan itu diambil Timur saat menjabat sebagai
Kapolda Metro Jaya Oktober 2010.
Timur
pernah merangkul FPI untuk menjaga ketertiban Jakarta pada bulan Ramadan. Ketua
Dewan Pimpinan Daerah Front Pembela Islam Jakarta Habib Salim Umar Alattas
mengakui adanya hubungan itu. Hubungan harmonis antara FPI dengan Timur terjadi
saat dia menjabat sebagai Kapolres Jakarta Barat tahun 1997-1999.
Hubungan
terus berlanjut sampai lulusan Akademi Kepolisian 1978 itu kembali lagi ke
Jakarta sebagai kapolda. Bahkansaat milad FPI ke-12, Timur juga datang
bersama Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo ke markas FPI di Petamburan, Jakarta
Barat.
Berikut
ini jabatan Timur sejak lulus Akademi Polisi, di antaranya:
Pamapta
PoltabesSemarang, Kasi
Operasi Poltabes Semarang, Kapolsekta
Semarang Timur, Kabag
Lantas Polwil Kedu, Kabag
Ops Dit Lantas Polda Metro Jaya, Kasat
Lantas Polres Metro Jakarta Pusat, Kapolsek
Metro Sawah Besar, WakapolresTangerang, Kabag Jianmas Lantas Polda Metro Jaya, Kapolres Metro Jakarta Barat, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Karo Ops Polda Jawa Barat, KapolwiltabesBandungPolda Jawa Barat, Kakorbintarsis Dinbintarlat Akpol, Irwasda PoldaBali(2004-2005), KapoldaBanten(2005-2008), Kaselapa Lemdiklat Polri (2008), Sahlisospol Kapolri (2008), KapoldaJawa Barat(2008-2010), Kapolda Metro Jaya (2010), Kabaharkam Polri (2010), dan Kapolri (2010-2013). [dhn]