WahanaNews.co |
Dua fasilitas kilang milik PT Pertamina (Persero) kebakaran dalam waktu
berdekatan, mulai dari Kilang Balongan di Jawa Barat hingga Kilang Cilacap di
Jawa Tengah.
Diketahui, salah satu tangki
di area kilang Pertamina RU IV Cilacap kebakaran pada Jumat (11/6/2021) malam.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Kebakaran itu terjadi di
tangki 205 area 39 Pertamina yang memproduksi benzene.
Sebelum kasus itu, insiden
kebakaran terjadi di area Kilang Balongan.
Kebakaran yang terjadi pada
Senin, 29 Maret 2021, itu terjadi pada tangki T-301G.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
Berikut informasi terkini
yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Ada Dugaan Disengaja
Dua fasilitas kilang milik PT
Pertamina (Persero) yang kebakaran ada dugaan disengaja.
"Saya kira segala
sesuatunya mungkin saja terjadi. Makanya saya sampaikan harus ada audit
investigatif atas kejadian ini. Jadi semua bisa terbuka," kata Direktur
Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, kepada wartawan, Kamis (17/6/2021).
Pengamat Ekonomi Energi
Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, juga menduga adanya unsur kesengajaan
atas kebakaran yang menimpa kilang milik Pertamina, khususnya pada Kilang
Balongan.
Dengan terbakarnya Kilang
Balongan, kata dia, maka produksi BBM di kilang tersebut terganggu sehingga
terjadi impor.
Dengan demikian, pemburu
rente dapat mengambil keuntungan.
"Nah kalau melihat
Kilang Balongan, saya menduga, sebagai akademisi, ada hipotesisnya, ada
kemungkinan itu memang unsur kesengajaan agar pasokan BBM tadi dipenuhi dari
impor," jelasnya.
2. Penangkal Petir Dipertanyakan
Menurut Pengamat Ekonomi
Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, kebakaran dua kali berturut-turut
mengindikasikan sistem pengamanan di kilang Pertamina sangat rentan.
"Jadi kalau hanya
sekedar terkena petir, ini saya kira sangat naif ya. Masak cuma kena petir
kemudian menyebabkan kebakaran. Mestinya sistem pengamanan tadi ada
penangkalnya kalau ada petir dan lain sebagainya, tetapi ternyata tidak, dua
kali itu terkena petir juga. Sekali lagi bahwa sistem pengamanan ini sangat
rentan," kata dia.
Direktur Eksekutif Energy
Watch, Mamit Setiawan, mendorong agar dilakukan audit investigatif atas
kejadian tersebut, terutama untuk semua peralatan keamanan di kilang-kilang
milik Pertamina.
"Utamanya adalah terkait
dengan penangkal petir karena kita tahu bahwa alasan yang selalu keluar adalah
terkait dengan adanya sambaran petir pada saat terjadinya kebakaran
tersebut," ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut dia,
perlu dicek kembali apakah penangkal petirnya bisa bekerja dengan baik, dan
apakah jumlahnya sudah memadai dengan luasan area kilang yang ada sehingga bisa
bekerja secara optimal jika memang penyebabnya adalah petir.
3. Ahok Minta Sanksi Pecat
Atas rentetan peristiwa
tersebut, Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok,
meminta agar pihak yang bertanggung jawab dipecat.
"Iya (saya menyarankan
dilakukan pemecatan)," kata Ahok, saat dikonfirmasi wartawan.
Mantan Wakil Gubernur DKI
Jakarta itu menjelaskan, sudah menyampaikan usulan pemecatan ke Dirut Pertamina,
Nicke Widyawati.
Lebih lanjut mengenai hal
tersebut, Ahok menyerahkan ke direksi.
"Sudah sampaikan ke
dirut. Silahkan ke manajemen, karena yang eksekusi di direksi, bukan Dekom (Dewan
Komisaris)," tambah Ahok. [qnt]