Meski begitu, Hafizuddin Ahmad mengungkapkan bahwa buku ini dibuat dengan on desk research atau penelitian yang dilakukan tanpa survei langsung ke lokasi. Sehingga dari sisi fasilitas yang ditampilkan mungkin belum terlalu lengkap.
"Jadi dari sisi daya tarik pun kami belum bisa menceritakan fasilitas karena kami belum mengunjungi," ujarnya.
Baca Juga:
Kemenparekraf Dukung Pelaksanaan Pusbatara Run 2024
Selain untuk membantu wisatawan dengan informasi yang disediakan, buku panduan ini juga menjadi salah satu upaya Kemenparekraf untuk memacu pemerintah daerah agar dapat mengembangkan wisata ramah muslimnya.
"Ini bukan untuk memandu wisatawan, buku ini memberikan informasi bagaimana wisatawan bisa mendapatkan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dia sebagai seorang muslim. Kita berharap pemerintah daerah melihat nih, oh ternyata baru lima nih restoran halal kita, gimana kita bisa mendorong lebih banyak. Jadi kita ini sebenarnya juga bagian dari mendorong pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan," kata Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Rizki Handayani kepada media.
Hal serupa juga diutarakan oleh Afdhal Aliasar. Ia berharap dengan adanya buku panduan ini berbagai destinasi yang ada di Indonesia dapat tergerak untuk melengkapi fasilitas mereka. Terutama fasilitas-fasilitas penunjang wisata ramah muslim.
Baca Juga:
MenEkraf: "D-Futuro Futurist Summit 2024" Lahirkan Gagasan dan Inovasi Perkuat Ekraf
"Kita ingin mendorong destinasi-destinasi yang ada di Indonesia untuk mampu meningkatkan extended services-nya. Menyambut tamu para wisatawan baik lokal maupun internasional," ujarnya.[rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.