WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Inggris memperkuat kemitraan strategis di bidang lingkungan, dengan menitikberatkan pada tiga isu utama: perubahan iklim, transisi energi, dan pembangunan berkelanjutan.
Kesepakatan ini dibahas dalam pertemuan antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Hanif Faisol Nurofiq, dan Menteri Iklim Kerajaan Inggris, Kerry McCarthy M.
Baca Juga:
Kerja Sama PLN dan CEXIM Berlanjut, Fokus pada Pembiayaan Energi Ramah Lingkungan
“Tiga fokus utama kerja sama Indonesia-Inggris pada lingkungan. Yakni perubahan iklim, transisi energi, dan pembangunan berkelanjutan,” ujar Hanif lewat keterangannya, Sabtu (19/4/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Hanif kembali menegaskan komitmen Indonesia untuk menjaga peningkatan suhu global tetap di bawah 1,5°C.
Indonesia juga menargetkan puncak emisi gas rumah kaca (GRK) pada 2030, net sink sektor kehutanan dan lahan (FOLU), serta pencapaian Net Zero Emission pada 2060 atau lebih cepat.
Baca Juga:
Jelang KTT ASEAN, PM Tiongkok Siap Lawatan Penting ke Indonesia 24–26 Mei
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi multipihak dalam penurunan emisi, dengan melibatkan kementerian terkait, pemerintah daerah, sektor swasta, hingga masyarakat luas.
Hanif menyambut keberlanjutan program UK PACT yang kini bermitra dengan KLHK dalam mengembangkan kebijakan carbon pricing dan carbon tax.
“Indonesia telah memulai perdagangan karbon melalui Sertifikat Pengurangan Emisi GRK Indonesia (SPEI). Meskipun masih perlu pengembangan lebih lanjut,” ucapnya.
Di sisi lain, terkait pengelolaan sampah, Hanif memberi perhatian khusus pada persoalan sampah plastik, terutama di kawasan wisata seperti Bali.
Ia mendorong penerapan pendekatan ekonomi sirkular, percepatan proyek waste to energy, serta peningkatan pengelolaan sampah laut.
Untuk isu keanekaragaman hayati, Hanif menyampaikan bahwa pemerintah saat ini tengah memperkuat dokumen Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP).
Selain itu, valuasi jasa lingkungan juga akan diintegrasikan dengan skema kredit karbon dan konservasi biodiversitas.
Hanif menutup pernyataannya dengan menyampaikan bahwa pihaknya telah menerima concept note dari Pemerintah Inggris.
Saat ini dokumen tersebut sedang dikaji oleh tim teknis, dan diharapkan prosesnya dapat segera ditindaklanjuti melalui komunikasi lintas kementerian.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]