WahanaNews.co | Banyak negara maju protes dan menggugat kebijakan hilirisasi tambang yang digaungkan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Seperti larangan ekspor nikel yang digugat di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Kepada jurnalis senior New York Times, Peter Goodman, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan keuntungan larangan ekspor nikel bagi negara maju. Menurutnya, negara maju justru bakal diuntungkan dengan adanya larangan ekspor nikel di Indonesia.
Baca Juga:
Imbas Hilirisasi, Bahlil Sebut 54 Persen Warga Morowali Kena Asma
Keuntungan itu adalah negara maju macam Amerika Serikat dan lain sebagainya bakal bisa lebih mudah mendapatkan akses terhadap suplai material baterai lithium.
Pasalnya, larangan ekspor dilakukan bukan untuk memproteksi nikel yang melimpah sumber dayanya di Indonesia untuk digunakan oleh negara lain. Namun, nikel akan diproses untuk menjadi barang jadi dan negara lain bisa juga menggunakannya.
"Kami ingin negara maju memahami satu hal yang penting, larangan ekspor nikel yang kami putuskan saat ini secara tidak langsung sebenarnya mempermudah Amerika dan negara lainnya untuk mendapatkan akses terhadap suplai material lithium baterai dari nikel," ungkap Luhut dikutip dari akun Instagram resmi @luhutpandjaitan, Jumat (21/7/2023).
Baca Juga:
Dukung Hilirisasi, PLN Siapkan Listrik Andal Untuk Smelter Freeport yang Baru Diresmikan Presiden Jokowi
Apalagi Indonesia saat ini sudah memiliki teknologi HPAL yang dapat mengelola nikel kadar rendah menjadi bahan utama baterai lithium yang bakal banyak digunakan untuk baterai kendaraan listrik.
"Mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang berhasil menerapkan teknologi HPAL untuk pengolahan nikel kadar rendah menjadi bahan lithium baterai," ungkap Luhut.
Lagipula, menurut Luhut ekspor nikel ore atau nikel mentah tidak efisien. Secara langsung dia mengatakan ke Peter Goodman bila nikel diekspor dalam bentuk ore, justru kandungannya nikelnya sangat kecil, cuma 2% dalam tiap satu ton ore.
"Ini tidak efisien. Nikel ore isinya lebih banyak air dan tanah saja, kandungan nikel hanya 2%," turur Luhut dalam potongan video yang dibagikannya.
Selain itu, saat larangan ekspor diberlakukan, Indonesia juga menikmati manfaat besar pada peningkatan jumlah ekspor. Hal ini terjadi karena hasil olahan nikel mentah harganya lebih mahal.
Maka dari itu, produk turunan nikel saat diekspor jumlah pemasukannya kepada negara lebih besar, bila diekspor mentah pendapatan negara cuma US$ 2,1 miliar ketika sudah diolah pendapatan negara menjadi US$ 33 miliar.
"Melihat raut keheranan dari wajah Peter, semakin meyakinkan saya bahwa memang belum banyak yang tahu apa yang sedang dijalankan Indonesia hari ini, wajar bila banyak tentangan yang hadir silih berganti terhadap kebijakan hilirisasi ini," kata Luhut.
Luhut juga memaparkan efek berlipat ganda yang muncul dari kebijakan hilirisasi nikel dapat menjadi modal besar untuk tujuan besar Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045.
"Efek berlipat ganda yang hadir karena kebijakan hilirisasi bukan saja menjadi penyemangat kami untuk melindungi hak atas pengelolaan sumber daya alam negeri kami secara berdikari, tetapi juga pertanda baik bagi terwujudnya cita-cita bangsa menjadi negara maju di tahun 2045," pungkas Luhut.[sdy]