WahanaNews.co | Kehidupan berbangsa di Indonesia, tidak hanya dibangun oleh masyarakat pemeluk Islam sebagai agama mayoritas, tapi juga oleh masyarakat pemeluk agama lain.
Pemeluk Islam bekerjasama erat dengan pemeluk agama-agama lain dalam pembangunan kehidupan berbangsa, menciptakan toleransi, dan moderasi beragama. Semua langkah itu menghasilkan kehidupan yang positif dan damai di Indonesia dewasa ini.
Baca Juga:
Menko Polhukam Pastikan Layanan PDNS 2 Kembali Normal Bulan Ini
Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD dalam pidato kuncinya pada ‘The 7th Interfaith Dialogue: Religion in Colonization and Decolonization: Indonesian-Dutch Confrontation, Confirmation, Transformation’ di Den Haag, Belanda, Kamis (9/6).
Dialog yang berlangsung di Gereja Kloosterkerk, Den Haag ini, dihadiri antara lain Duta Besar Indonesia untuk Belanda, Mayerfas, Utusan Khusus urusan Agama dan Kepercayaan Belanda, Jos Douma, Ketua Konsorsium untuk Hubungan Muslim dan Kristen Belanda-Indonesia (NICMCR), Corrie van der Ven, dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama, (PCINU) Belanda.
Menurut Mahfud, pasca kemerdekaan, berbagai organisasi besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah termasuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, mendirikan berbagai institusi pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga universitas, memberikan beasiswa, juga mendirikan ratusan rumah sakit di seluruh Indonesia.
Baca Juga:
Satgas dan Menkominfo harus Didukung untuk Berantas Judi Online
“Nation Building ini pun tidak hanya dilakukan oleh komunitas Islam, tetapi juga dilakukan komunitas agama lain di Indonesia. Hal inilah yang membentuk kehidupan yang positif dan penuh dengan toleransi di Indonesia, yang bisa bersama kita nikmati sampai saat ini,” tegas Mahfud.
Umat Islam dan umat agama lain di Indonesia, lanjut Mahfud, punya peran penting dalam membangun dan membudayakan nilai-nilai toleransi dan moderasi kehidupan beragama
Ini adalah elemen penting dalam merekat kesatuan bangsa dan menjaga kesatuan bangsa Indonesia.
Lebih dari itu, dalam hal mencegah berkembangnya ideologi asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, peran Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah serta komunitas Islam dan agama-agama lain sangat dibutuhkan.
Itulah mengapa agama dan kehidupan antar umat beragama di Indonesia, amat strategis dalam membangun inklusifitas, toleransi, dan moderasi sebagai nilai-nilai bersama dalam kehidupan berbangsa.
“Perkembangan dan perlindungan atas nilai toleransi dan moderasi merupakan aspek krusial dalam melindungi keberagaman Indonesia,” ujarnya.
Tentang peran para tokoh agama, tidak hanya terjadi pada masa-masa sekarang ini, tapi sudah berlangsung sejak lama. Para ulama menurut Mahfud, berperan besar dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
“Bahkan K.H Hasyim Asy’ari melahirkan Resolusi Jihad, dimana mewajibkan seluruh organisasi Islam mempertahankan kemerdekaan Indonesia,” ujah Mahfud yang merupakan alumni Pondok Pesantren Al Mardhiyah, Pamekasan, Jawa Timur.
Menko Polhukam Mahfud MD yang didampingi Deputi Bidang Koordinasi Luar Negeri Kemenko Polhukam Rina Soemarno, tiba di Den Haag hari ini dan akan melakukan serangkaian kegiatan di Den Haag dan Amsterdam, sebelum menyampaikan pidato pada Sesi ke-50 Sidang Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss, Senin mendatang. [qnt]