Ia juga menyinggung pentingnya keberpihakan dunia pendidikan terhadap tantangan riil masyarakat.
“ITPLN menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak boleh terjebak di menara gading. Mereka hadir di tengah persoalan bangsa, membawa solusi konkret bersama industri. Ini preseden yang sangat baik,” katanya.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Apresiasi Perhutani atas Dukungan ke PLN dalam Pemanfaatan Hasil Hutan untuk Energi Terbarukan
Tohom, yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyebut bahwa pengolahan sampah menjadi energi di wilayah perkotaan adalah bagian penting dari manajemen aglomerasi yang berkelanjutan.
Menurutnya, kota-kota besar Indonesia kini menghadapi tekanan ganda: melonjaknya produksi sampah dan kebutuhan energi yang terus meningkat.
“Pendekatan teknologi berbasis AI dan energi bersih sangat relevan dalam konteks aglomerasi. Tidak bisa kita terus mengandalkan pola konsumsi dan produksi lama yang tidak efisien dan eksploitatif,” ujar Tohom.
Baca Juga:
55 Proyek Pembangkit EBT dan Program Lisdes PLN Diresmikan Presiden Prabowo
“Aglomerasi modern harus berorientasi pada efisiensi, sirkularitas, dan ekologi. Dan langkah ITPLN-WITS ini adalah refleksi sempurna dari arah itu.”
Ia pun mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk lebih banyak mendukung inisiatif serupa. “Proyek ini perlu direplikasi. Jangan tunggu Jakarta darurat sampah atau listrik baru kita bertindak,” tambahnya.
Sebelumnya, Rektor ITPLN, Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa Mulyana K, MT, IPU, ASEANEng, menyampaikan bahwa kolaborasi dengan WITS Group merupakan bentuk sinergi konkret antara dunia pendidikan dan industri untuk menjawab krisis lingkungan dan energi.