WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025, Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menyoroti pentingnya mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah.
Menurutnya, sampah bukan sekadar limbah yang harus dibuang, melainkan sumber daya bernilai ekonomi yang dapat dikelola dan dimanfaatkan secara produktif.
Baca Juga:
10 Aksi Brutal Askel Mabel yang Mengguncang Papua
“Kita harus mengubah pola pikir bahwa sampah adalah masalah. Sebaliknya, kita perlu melihatnya sebagai peluang. Dengan pendekatan yang tepat, sampah bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat,” ujar Tohom, saat berbincang dengan WahanaNews.co, Selasa (18/2/2025).
Lebih dari sekadar mengurangi limbah, sambung Tohom, pengelolaan sampah yang cerdas adalah investasi masa depan.
Menurutnya, konsep 'Waste to Gold' mengajak semua orang untuk melihat sampah sebagai potensi, bukan masalah.
Baca Juga:
Top Working, Solusi Optimalkan Produksi Durian
"Melalui sistem Bank Sampah dan Rumah Pemilahan serta Pengolahan Sampah, masyarakat tidak hanya berkontribusi pada lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga berdaya secara ekonomi. Sampah yang dipilah dan didaur ulang dapat menjadi sumber pendapatan tambahan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan memperkuat komunitas," beber Tohom.
Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2023 Indonesia menghasilkan 30,97 juta ton sampah, dengan 38,28 persen berasal dari rumah tangga.
Tohom menyebut angka ini sebagai tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam mengolah sampah menjadi sumber daya berharga.
“Jika dikelola dengan baik, sampah organik bisa diolah menjadi kompos yang bernilai jual tinggi, sementara sampah anorganik seperti plastik, kertas, dan kaca bisa didaur ulang menjadi produk baru yang memiliki pasar,” jelasnya.
Tohom yang juga Ketua Umum Relawan Martabat Jokowi-Maruf Amin ini menambahkan bahwa selain menciptakan dampak ekonomi, pengelolaan sampah yang lebih baik juga berdampak positif terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Dengan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), emisi gas rumah kaca dapat ditekan, serta pencemaran tanah dan air dapat dikurangi secara signifikan.
Sebagai langkah nyata, MARTABAT Prabowo-Gibran mendorong berbagai program edukasi dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan dalam mengelola sampah.
Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas juga menjadi faktor kunci dalam membangun ekosistem pengelolaan sampah yang lebih berkelanjutan.
“Kita ingin membangun budaya baru dalam pengelolaan sampah, di mana masyarakat tidak hanya membuangnya, tetapi juga mendapat manfaat ekonomi darinya. Jika seluruh elemen masyarakat bergerak bersama, kita bisa menjadikan pengelolaan sampah sebagai bagian dari solusi ketahanan ekonomi dan lingkungan,” pungkas Tohom.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]