WahanaNews.co | Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri mengklaim pernah dibilang 'pintar' oleh Presiden ke-43 Amerika Serikat (AS) George Bush saat mempertanyakan rencana Negara Paman Sam menyerang kilat Irak.
Megawati mengungkapkan hal itu saat pidato secara virtual dalam acara pembukaan 'Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective' yang digelar di Gedung ANRI, Jakarta, Senin (7/11).
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Kala itu, kata Megawati, dirinya menyatakan AS tak bisa menyerang Irak tanpa persetujuan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Mega pun mengklaim mempertanyakan maksud AS 'menyerang kilat' itu.
"Yang namanya kilat itu apa ya kalau dari strategi militer?" itu yang saya tanya. 'Satu jam kah, satu hari kah, seminggu kah, sebulan kah?'," kata Megawati.
"Jadi kata Presiden George Bush pada saya, katanya begini, 'Kamu itu kok pintar ya Mega'. Saya diam saja, terus saya tanya, "Kok kamu [Bush] bilang begitu?," imbuh dia yang juga dikenal sebagai Ketum PDIP itu.
Baca Juga:
Fenomena Langka: Badai Matahari Dahsyat Hantam Bumi, Indonesia Waspada
Mega menyebut sebagai presiden RI saat itu, dia tak bisa membiarkan ada penyerangan terhadap negara lain. Dia membayangkan serangan itu akan seperti Blitzkrieg atau perang cepat dalam istilah Jerman di masa Perang Dunia II.
"Sebagai Presiden Republik Indonesia, karena saya tidak setuju bahwa sebuah negara akan melakukan sebuah penyerangan," ucap putri Presiden RI Sukarno itu.
Mega mengaku saat itu jawaban Bush malah menilainya sedang membela penguasa Irak kala itu, Saddam Husein. Di satu sisi, dia menyatakan rencana AS menyerbu Irak akhirnya memang tak bisa dibendung.
"Tapi kan pada keadaannya ternyata waktu itu beliau agak sedikit marah, dia bilang begini, "Kamu selalu bela Saddam Husein?". Saya enggak bela Saddam Husein, saya bela rakyat Irak, yang pasti apapun juga kan menderita," kata dia.
"Tapi akhirnya tetap saja toh diserang," imbuh perempuan yang saat ini dikenal pula sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembina Ideologi Pancasila (BPIP) dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)--dulu LIPI.[zbr]