WAHANANEWS.CO, Jakarta - Penyanyi legendaris Batak, Jack Marpaung, meninggal dunia pada Minggu (5/1/2025) pukul 19:15 WIB. Ia menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat, setelah dua tahun terakhir berjuang melawan gejala stroke.
Dunia musik Tanah Air, khususnya pencinta lagu-lagu Batak, kehilangan salah satu bintang besarnya.
Baca Juga:
Legenda Belanda Patrick Kluivert Jadi Pelatih Baru Skuad Garuda
Nama Jack Marpaung tak bisa dipisahkan dari era keemasan musik Batak pada dekade 1980-an.
Ia dikenal lewat karya-karya pop-rock Batak yang menggugah, baik sebagai penyanyi solo maupun anggota Trio Lasidos.
Sebagai ayah dari Novita Dewi, runner-up X Factor Indonesia pertama, Jack juga menjadi inspirasi bagi generasi penerusnya di dunia musik.
Baca Juga:
Pelanggan Wajib Tau! Segini Batas Maksimal Pembelian Diskon Listrik 50% PLN
Lika-Liku Masa Muda
Lahir di Sumatera Utara pada 14 April 1948, Jack Marpaung tumbuh di bawah pola asuh yang keras. Pendidikan orangtuanya yang disiplin membuat Jack melampiaskan emosinya melalui jalan yang kelam.
Perkelahian di jalanan menjadi bagian dari kehidupan remajanya.
Hingga suatu hari, perkelahian dengan aparat membuat Jack tertembak dan harus menjalani hukuman penjara.
Masa-masa di balik jeruji besi menjadi titik balik pertama dalam hidupnya.
Jack mulai menemukan pelarian dalam musik, menciptakan lagu-lagu yang kemudian menjadi awal kariernya.
Selepas dari penjara, Jack hijrah ke Jakarta dengan membawa segudang impian. Namun, perjalanan kariernya di Ibu Kota tidaklah mulus.
Ia harus menawarkan lagu-lagunya dari hotel ke hotel sebelum akhirnya Trio Lasidos terbentuk.
Puncak Popularitas
Trio Lasidos melambungkan nama Jack Marpaung. Lagu-lagu mereka menjadi hit, dan jadwal manggungnya semakin padat.
Namun, kesuksesan itu datang dengan harga yang mahal. Jack terjebak dalam gaya hidup malam yang penuh dengan minuman keras dan narkoba.
Rumah tangganya bersama Anita Lusiana Silalahi, perempuan yang ia nikahi meski tanpa restu orangtua, menghadapi banyak badai.
Di tengah keterpurukan, isu kepemilikan ganja pada tahun 1987 semakin memukul kariernya. Meski tuduhan itu tidak terbukti, dampaknya begitu besar.
Jack kehilangan semua pekerjaannya, dan lagu-lagunya mulai ditolak produser. Dalam kekalutan, Jack akhirnya menyerah dan memilih untuk kembali ke jalan Tuhan.
Menemukan Kedamaian Sebagai Pendeta
Perjalanan spiritual Jack Marpaung dimulai dari kehancuran itu. Ia menggantung mikrofon pada tahun 2014 dan memutuskan untuk melayani sebagai pendeta.
Keputusannya ini membawa kedamaian dalam hidupnya, sekaligus mempererat hubungannya dengan keluarga, terutama dengan istri dan anak-anaknya.
Warisan Musik Tak Lekang Waktu
Selama kariernya, Jack Marpaung menciptakan banyak lagu yang tetap abadi di hati penggemar.
Beberapa karya terkenalnya seperti "Kamar 13", "Surat Narara", hingga "Didia Rokkaphi" menjadi ikon musik Batak yang tak terlupakan.
Berikut beberapa lagu populer Jack Marpaung:
• Dung Dao Ho Sian Mata
• Pangaloho
• Boasa
• Unang Sai Tangis Ho Butet
• Ale Inang Porlab Tua
• Hu Andung Ma Damang
• Serly
• Tarida Do Hape
• Didia Rokkap Hi
Jack Marpaung bukan hanya seorang penyanyi, tetapi juga simbol perjalanan hidup penuh perjuangan.
Dari masa kecil yang sulit hingga sukses sebagai musisi, ia telah menginspirasi banyak orang dengan talenta, kerja keras, dan kemampuannya untuk bangkit dari keterpurukan.
Kini, sosoknya telah tiada, tetapi warisan musiknya akan terus hidup di hati para pencinta lagu Batak.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]