WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin akhirnya angkat bicara menanggapi kabar mengenai rencana Indonesia membeli pesawat tempur J-10 Chengdu buatan China.
Meski isu tersebut ramai diperbincangkan publik dan kalangan pengamat pertahanan, Sjafrie memilih tidak secara tegas membenarkan ataupun membantah rencana pembelian tersebut.
Baca Juga:
Hilirisasi Energi dan Teknologi Jadi Prioritas Prabowo, Menhan: Ini Jalan Menuju Kedaulatan
Ia hanya memberi isyarat bahwa dalam waktu dekat, pesawat tempur jenis itu akan terlihat beroperasi di langit ibu kota.
“Sebentar lagi terbang di Jakarta,” kata Sjafrie di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Pernyataan itu sontak memunculkan spekulasi bahwa Indonesia tengah berada di tahap akhir proses evaluasi pesawat tempur buatan Negeri Tirai Bambu tersebut.
Baca Juga:
Menhan Temukan Tantangan Baru Saat Tinjau SPPI di Lanud Kalijati
Sebelumnya, pada September lalu, Kepala Biro Humas Sekretariat Jenderal Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI, Brigjen Frega Wenas Inkiriwang, menjelaskan bahwa pesawat J-10 Chengdu masih dalam tahap kajian oleh TNI Angkatan Udara (TNI AU).
Kajian tersebut bertujuan memastikan pesawat itu sesuai dengan kebutuhan dan strategi pertahanan udara nasional.
Menurut Frega, hingga saat ini Kemenhan belum membahas lebih jauh mengenai nilai anggaran yang akan dikeluarkan pemerintah apabila rencana pembelian benar terealisasi.
Ia menekankan bahwa segala keputusan tetap menunggu hasil kajian menyeluruh dari TNI AU dan Kemenhan.
Selain mempertimbangkan opsi J-10, Indonesia juga tengah menyiapkan kedatangan pesawat tempur Rafale buatan Dassault Aviation, Prancis, yang sudah dikontrak sebanyak 42 unit.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Mohamad Tonny Harjono mengatakan pengiriman tahap pertama akan dimulai pada awal 2026.
“Pesawat Rafale, pesawat buatan Prancis, rencananya Februari atau Maret kita akan menerima batch pertama, 3 pesawat dulu,” kata Tonny di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (13/9/2025).
Tonny menambahkan, setelah kedatangan tiga unit pertama, pengiriman berikutnya akan dilakukan secara bertahap hingga seluruh pesawat diterima oleh Indonesia.
Langkah ini menjadi bagian dari modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) TNI AU untuk memperkuat kemampuan pertahanan udara nasional di tengah dinamika keamanan kawasan yang semakin kompleks.
[Redaktur: Ajat Sudrajat]