WahanaNews.co | Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak lagi hanya bertumpu pada
faktor produksi konvensional seperti penambahan kapital dan tenaga kerja,
melainkan juga dipengaruhi oleh kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Iptek).
Faktor ini yang akan mendorong suatu negara
untuk secara lebih efisien menyediakan barang dan jasa serta meningkatkan daya
saing usaha.
Baca Juga:
Kontroversi Calon Ketum Golkar: Agung Laksono Tegaskan Bahlil Bukan 'Titipan Istana'
Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
perhatian harus diberikan pada strategi kebijakan yang mendorong inovasi,
termasuk penempatan anggaran negara untuk dialokasikan pada pos Iptek, riset,
dan inovasi.
Demikian disampaikan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam memberikan keynote
speech pada talkshow Institut
Teknologi Indonesia (ITI) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Young Innovation Award yang digelar
secara virtual, Kamis (15/7/2021).
Airlangga mengatakan, penempatan
anggaran riset/Litbang atau Gross
Expenditure on Research and Development (GERD) dinyatakan dalam persentase
terhadap PDB nasional, meliputi empat sektor, yakni
Litbang Pemerintah, Litbang Perguruan Tinggi, Litbang Industri, dan Litbang Non-Government Organization (NGO),
dengan kegiatan riset mencakup penelitian dasar, penelitian terapan, dan
pengembangan eksperimental.
Baca Juga:
soal Isu Disepakati Jadi Plt Ketum Golkar, Agus Gumiwang Buka Suara
Dibandingkan dengan negara-negara di
dunia, nilai GERD Indonesia masih terbilang rendah, yang berarti porsi
penempatan anggaran untuk pos Iptek, riset dan inovasi masih perlu
ditingkatkan.
"Untuk mendorong peran industri lebih
besar dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan vokasi di Indonesia, Pemerintah
telah mengeluarkan kebijakan Super Tax Deduction Vokasi hingga 200%," ujar
Airlangga.
Tautan antara pembangunan Iptek dengan
pembangunan ekonomi terjadi ketika teknologi yang dihasilkan dapat mendukung
dalam kegiatan ekonomi.