WahanaNews.co | Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi
Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro, mengatakan, Indonesia tidak bisa lolos dari middle income trap atau terus terjebak sebagai negara dengan
pendapatan menengah.
Hal ini, kata dia, dipicu oleh perekonomian dalam negeri yang hanya berfokus pada
komoditas sumber daya alam.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
Oleh karenanya, Indonesia akan tetap
menjadi negara berkembang.
"Secara jujur, kita tidak bisa
bermimpi untuk bisa lolos dari middle
income trap, mengingat perjalanan selama ini kita lebih fokus kepada
ekonomi yang berbasis sumber daya alam dan kita menekankan kepada efisiensi
pada struktur perekonomian," ujar Bambang Brodjonegoro, dalam
webinar Improving The Knowledge and
Innovation Ecosystem for a Better Indonesia, Selasa (16/3/2021).
Bambang juga menuturkan, pemanfaatan
sumber daya alam itu memberikan manfaat dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang
lebih cepat. Namun, itu ada batasnya.
Baca Juga:
Percepat Target Transisi Energi, PLN Siap Kembangkan Sejumlah Skenario Agresif
"Tampaknya, ada batas
atau ada limit dari model pertumbuhan
seperti itu. Harus ada terobosan, harus ada inovasinya," ujarnya.
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi itu harus menjadi landasan pembangunan, dan sebaiknya benar-benar menjadikan hal itu sebagai dasar, bahkan arus utama, pada pergerakan ekonomi dalam negeri.
"Kalau kita menjadikan ilmu
pengetahuan teknologi inovasi sebagai arus utama, maka dengan sendirinya juga
kita bisa menciptakan ekonomi berbasis inovasi yang inklusif," jelasnya.
Salah satu negara yang berhasil dengan
mengedepankan inovasi adalah Tiongkok, bahkan pertumbuhan perekonomiannya bisa
tumbuh hingga dua digit dengan memaksimalkan inovasi teknologi.
Dengan itu jugalah negara berjuluk Tirai Bambu
tersebut menurunkan angka kemiskinannya.
Menurut Bambang, mereka mendorong
penggunaan inovasi, khususnya teknologi, untuk pengurangan kemiskinan.
Sehingga, pada saat
yang sama, ketika Tiogkok naik kelas, cepat sekali menjadi salah satu negara
dengan GDP terbesar di dunia, dan posisinya saat ini hampir menjadi
negara berpendapatan tinggi.
"Karena, di sisi
lain, mereka juga berhasil mengurangi tingkat kemiskinan secara
drastis, sekaligus tentunya menjaga pemerataan pendapatan antar-penduduk," pungkasnya. [dhn]