WahanaNews.co | Meski bukan kota yang mempunyai area pertambangan, Solo berpotensi mengembangkan sektor tersebut. Karena, riset dan pengembangan teknologi dan sumber daya mineral bisa dilakukan di kota bengawan ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan, melalui rilisnya, Selasa (20/12). MIND ID merupakan holding dari enam perusahaan tambang yakni PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero), dan PT Timah Tbk.
Baca Juga:
Pemko Medan Gelar Seminar Pemanfaatan Sumur Laluan untuk Atasi Genangan Air Hujan
Menurutnya, keberadaan Solo Techno Park (STP) bisa menjadi tempat untuk mengembangkan riset dan teknologi sumber daya mineral. STP bisa menjadi inkubasi bisnis bagi MIND ID dan menciptakan sinergi dalam pengembangan sektor pertambangan.
”Kalau bicara seputar industri tambang nasional, kita tidak hanya bicara tentang kewilayahan. Apalagi Solo tidak punya tambang nikel, bauksit, emas, dan lainnya. Tapi Solo ini kan punya STP,” ucapnya.
Apalagi saat ini diperlukan riset untuk pengembangan teknologi pertambangan dengan zero emisi, beserta energi dan bangunan hijau yang ramah lingkungan, sampai riset dekarbonasi.
Baca Juga:
Wuling Motor Akui Fast Charging Bisa Pengaruhi ‘Kesehatan’ Baterai Kendaraan Listrik
Ia merasa STP cocok untuk pengembangan semua itu. Selain itu, STP juga bisa menjadi pusat inkubasi pengembangan bisnis bagi mitra binaan industri pertambangan, termasuk MIND ID.
”UMKM binaan kami tidak hanya berlokasi di sekitar area pertambangan saja. Namun jika berpikir secara holistik, STP ini bisa mengambil peran untuk industri pertambangan dan bisa dimulai dari hal kecil,” katanya.
Selain itu, Dany mengatakan bahwa ada mandat lain dengan dibentuknya MIND ID. Salah satunya penguasaan cadangan mineral, pengembangan hilirisasi, hingga pencapaian zero net emission (batas maksimal emisi karbon) pada tahun 2060.
”Untuk industri tembaga, MIND ID berkontribusi di Asia Tenggara sebesar 78 persen. Begitu juga dengan industri emas, kami juga terbesar di Asia Tenggara dengan kontribusi 27 persen,” katanya.
Sementara untuk batu bara, MIND ID berkontribusi secara nasional sebesar 9 persen. Adapun timah, MIND ID merupakan produsen terbesar dengan cakupan 97 persen di dunia.
”MIND ID juga memiliki kontribusi hingga 27 persen untuk produksi nikel nasional yang tercatat menjadi terbesar ketiga di Asia Tenggara,” ujarnya.
Terkait target pengurangan emisi karbon, Dany mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menerapkan green energy. Salah satu kontribusi terbesar dalam pengembangan green energy berupa reforestasi yang memiliki kontribusi signifikan untuk menuju net zero emission.
"Hingga 2021, MIND ID sudah merealisasikan program reforestasi ini di 17.267 hektare dari total area tambang MIND ID," katanya. [ast]